SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemoterapi untuk kanker (Life Extension)

Permata Harapan Cancer Center layani spesifik pasien kanker.

Solopos.com, SOLO—Makin tingginya jumlah pengidap kanker di Indonesia membuat rumah sakit (RS) khusus kanker sangat diperlukan. Selama ini, masyarakat menilai RS yang dikenal luas baru RS Dharmais di Jakarta.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kota Solo memiliki rumah sakit swasta yang khusus menangani kanker. Rumah sakit tersebut adalah Permata Harapan Cancer Center (PHCC) atau Rumah Sakit Onkologi Solo (RSOS) di Jl. Siwalan No. 37, Kerten, Laweyan, Solo.

Direktur Utama RSOS, Heru Priyanto, mengatakan mulanya ia membuka praktik pribadi di Jl. Merapi, Manahan, Solo, sebagai dokter kandungan, khususnya yang berkaitan dengan tumor dan kanker kandungan sejak 2008. Dokter yang juga bekerja di RSUD dr. Moewardi Solo itu kemudian memindah lokasi dan membangun RSOS pada 2014 karena pasien yang terus bertambah.

“Semua jenis kanker akan ditangani. Tapi saat ini kebanyakan yang kami tangani adalah kanker kandungan.  Pasien yang datang berasal dari Solo, Semarang, Jakarta, hingga Kalimantan,” ujar dokter yang mendapat gelar dokter subspesialis tumor dan kanker

kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) tersebut saat berbincang dengan Solopos.com di ruang kerjanya, pekan lalu. (baca juga: PENGOBATAN ALTERNATIF : Ikhtiar Sembuhkan Kanker & Jantung dengan Sup Sayur Lima Unsur)

Menurutnya, keunggulan utama RS tersebut adalah menjadi RS spesifik menangani kanker sehingga mampu memberi pelayanan yang lebih khusus dan komprehensif dalam menangani masalah kanker. RS tersebut memberikan edukasi kepada masyarakat untuk berpola hidup sehat  dan upaya promotif dengan program deteksi dini kanker.

“Kami memberikan pelayanan kuratif [pengobatan] secara lengkap seperti operasi dan kemoterapi. Ke depan, kami akan mengusahakan pengobatan dengan radioterapi [sinar],” terang Ketua Yayasan Kanker Indonesia Cabang Solo tersebut.

Program lain yang dimiliki adalah program palliative care yang menekankan aspek psikologis pasien , perawatan pasien pada fase-fase terminal (akhir) pasien, klinik bebas nyeri (meredakan nyeri yang disebabkan kanker), klinik vaksinasi pencegah kanker, hingga home care (kunjungan ke rumah pasien).

“Alat medis kami berstandar. Yang pasti kami siap 24 jam untuk kemoterapi. Kami menyetok obat. Biasanya pasien di RS lain harus menunggu [kemoterapi] karena obatnya belum ada,” terangnya.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Union for International Cancer Control (UICC), jumlah penderita kanker akan meningkat lebih dari 200% pada 2030. Sementara 70% di antaranya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.

“Kanker terbanyak adalah kanker payudara dan kanker serviks. Diikuti oleh kanker lain seperti kanker nasofaring dan kanker saluran cerna,” kata dia.

Selain tren tersebut, Heru menyatakan biaya pengobatan kanker merupakan beban kedua terbesar yang ditanggung pemerintah. Nomor satu adalah biaya untuk penyakit kardiovaskuler.

“Perawatan kesehatan bagi masyarakat adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan dengan swasta. Kalau hanya pemerintah, itu berat. Kami hadir untuk menjadi partner demi kesehatan masyarakat,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya