SOLOPOS.COM - Ilustrasi permainan dakon (JIBI/SOLOPOS/Googleimage)

Ilustrasi permainan dakon (JIBI/SOLOPOS/Googleimage)

SOLO — Warisan para leluhur yang berupa permainan tradisional diyakini para akademisi mampu merangsang kecerdasan anak. Sebaliknya permainan modern, seperti play station atau permainan dengan mesin dinilai justru menjadi faktor penghambat perkembangan anak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal tersebut terungkap dalam seminar nasional bertema Permainan Tradisional Sebagai Media Intervensi Psikologi, Mengangkat Kearifan Lokal untuk Membangun Karakter Bangsa yang digelar di Auditorium Gedung Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS), Sabtu (10/11/2012). Sebanyak tiga pembicara hadir dalam acara di hari yaitu Sahid Teguh Widodo, Dewi Retno Suminar serta Mohamad Zaini Alif.

Seorang pembicara, Dewi Retno mendefinisikan permainan sebagai suatu aktivitas yang memberikan kesenangan kepada anak. Ada banyak keuntungan yang diperoleh anak ketika bermain semisal perkembangan fisik, kognisi, bahasa, kreativitas, negosiasi, kompetensi sosial dan masih banyak lagi lainnya. Kesemua manfaat tersebut, imbuh dia, bisa didapat sekaligus ketika anak-anak memainkan permainan tradisional.

Sebagai contoh adalah permainan dakon. Permainan dakon menurut Dewi membuat anak secara otomatis melatih kemampuan motorik dengan cara memegang biji-bijian. Manfaat interaksi juga bisa diperoleh karena permainan tersebut harus dilakukan bersama-sama dengan seorang kawan. Negosiasi untuk menentukan siapa dulu yang akan bermain serta kemampuan berhitung untuk bisa menjadi pemenang karena bisa menghasilkan banyak biji dalam lumbung, juga bisa dipelajari anak secara cepat dan menyenangkan.

Selanjutnya Dewi membandingkan dengan permainan modern semisal play staston (PS). “Permainan PS memang dimainkan bersamaan dengan banyak anak. Namun bersamaan dalam permainan PS bukan berarti bersama-sama. Lihat saja dalam sebuah tempat sewa PS, antara satu anak dan anak lainnya tidak ada saling interaksi.Komunikasi dan negosiasi juga tidak ada melainkan hanya perubahan ekspresi karena keasyikan main sendiri,” ujarnya.

Yang membuat makin parah, sambung Dewi, substansi permainan PS sebagai sebuah game membuat anak harus selalu melawan agar bisa menjadi pemenang. “Terus pukul, lawan agar jangan sampai kalah. Sebab kekalahan hanya akan membuat anak marah. Nah dari do ini, apabila sering dilakukan bakal menjadi habit. Selanjutnya ketika terus-menerus dikerjakan lama-kelamaan akan menjadi karakter yaitu anak menjadi anak pemarah, suka melawan dan tak terbiasa denganadanya negosiasi serta interaksi,” ujarnya.

Masih menggunakan contoh perrmainan dakon, pembicara lainnya, Sahid Teguh Widodo mengatakan bakal membuat anak menyatu dengan kehidupan alam. Pasalnya permainan dakon penuh dengan simbolisme alam, seperti pasang cekungan untuk menggambarkan cekungan tanah pertanian, lumbung di kanan-kiri sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian misalnya padi, ketela, jagung dan lainnya. Istilah bera pada pertanian juga muncul apabila cekungan tidak terisi klungsu atau kecik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya