SOLOPOS.COM - Lembaga Dewan Adat keraton rutin menggelar atraksi prajurit setiap Hari Minggu. (Antara/Maulana Surya)

Solopos.com, SOLO — Kepahlawanan Paku Buwono VI (PB VI) dan Paku Buwono X (PB X) dinilai layak dikenang sebagai dua sosok yang punya pengaruh besar di balik kemerdekaan Indonesia.

Bahkan, selayaknya diberikan penanda mulai dari diabadikan sebagai nama jalan ataupun monumen untuk menghargai kepahlawanan keduanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada dua pahlawan nasional dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang sudah sepatutnya diberikan penanda dalam simbol kota agar tidak terlupakan dan dilupakan, adalah Paku Buwono VI (PB VI) dan Paku Buwono X (PB X). 

Keduanya merupakan Pahlawan Nasional dalam pertalian genetik antara kakek dan cucu yang sama-sama pernah menjadi raja Keraton Surakarta dan hanya Keraton Surakarta yang memiliki dua pahlawan nasional dalam pertalian hubungan kakek dan cucu.

Ekspedisi Mudik 2024

PB X adalah cucu dari PB VI, keduanya, telah diakui oleh negara sebagai Pahlawan Nasional. Melalui Keputusan Presiden Nomor 294 Tahun 1964 PB VI ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Sedangkan PB X ditetapkan berdasar  Keputusan Presiden Nomor 113/TK/2011 Tahun 2011. 

Dosen Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tunjung Wahadi Sutirto,  menjelaskan kepahlawanan keduanya sangat layak dikenang. Pasalnya kedua raja ini melakukan perlawanan politik yang akhirnya menjadi fondasi untuk kemerdekaan Indonesia.

“Tidak mudah bagi kedua raja Keraton Surakarta itu melakukan perlawanan terhadap kolonialisme karena setiap raja di Keraton Surakarta terikat politik kontrak dengan pemerintah kolonial, oleh karena itu ada baiknya, kita didalam memperingati Hari Pahlawan terutama masyarakat Kota Solo mengenang jasa-jasanya. Jangan sampai terlupakan jasa-jasa beliau berdua,” ujar dia kepada Solopos.com, Rabu (9/11/2022).

Menurut Tunjung, penanda yang menjadi simbolis kepahlawanan PB VI dan PB X diharapkan bisa  membuat generasi muda menjadi lebih menghargai keduanya. 

“Sudah saatnya generasi masa kini memberikan monumen penanda bagi penghormatan jasa beliau berdua. Monumen penanda bisa dalam bentuk apa saja. Misalnya, penamaan nama beliau untuk nama jalan. Belum ada nama jalan di Kota Solo yang menggunakan nama dua pahlawan itu,” ulasnya.

Lanjut Dosen asal Madiun ini, ada beberapa usulan untuk mengabadikan jasa dari PB VI dan PB X, salah satunya nama jalan yang bisa diambil dari nama kecil. Diharapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dan DPRD Kota Solo bisa mempertimbangkan usulan ini.

“Bisa saja untuk nama jalan digunakan nama kecil [asma timur]. Untuk PB VI bisa digunakan nama kecilnya yaitu RM. Sapardan sebagaimana sudah ada nama jalan RM. Said untuk penanda nama Mangkunegara I sebagai Pahlawan Nasional. Kemudian untuk PB X digunakan nama kecil GRM. Sayiddin Malikhul Kusna. Tinggal bagaimana pihak pemerintahan dari eksekutif atau legislatif  yang seharusnya proaktif menginisiasi bentuk monumen penanda  bagi PB VI dan PB X itu,” jelas dia.

Bagi Tunjung, saat ini masih belum ada penanda atas jasa kepahlawanan PB VI dan PB X di Kota Solo, ia berharap, Kota Solo bisa mengingat dua pahlawan asal Kota Bengawan ini dalam sesuatu yang simbolis.

“Setidaknya, di wilayah Kota Solo sendiri segera dibicarakan perlunya monumen penanda bagi dua pahlawan asal kota Solo itu. Sudah setengah abad lebih penetapan PB VI sebagai pahlawan tetapi belum ada penandanya sama sekali di Kota Solo. Demikian juga sudah satu dasa warsa PB X ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional, tetapi juga belum ada gayung sambutnya dalam soal monumen penanda atas jasa-jasanya yang diberikan oleh generasi masa kini,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya