SOLOPOS.COM - Petugas, Naryo, 49, berjaga di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Desa Wonoasri, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Senin (26/10/2015). (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

Perlintasan tanpa palang di Desa Wonoasri, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jatim harus dijaga petugas demi keamanan pengguna jalan.

Madiunpos.com, MADIUN — Sejumlah petugas penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Desa Wonoasri, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur (Jatim) berkomitmen menjamin keselamatan para pengguna jalan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kami tahu pekerjaan sebagai penjaga perlintasan kereta api punya risiko tinggi. Kami mesti bertanggung jawab dengan keselamatan orang lain. Kami tidak boleh lengah sehingga mengakibatkan kecelakaan lalu lintas,” kata salah seorang penjaga perlintasan kereta api Wonoasri, Naryo, 49, kepada Madiunpos.com, Senin (26/10/2015).

Naryo menerangkan perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Wonoasri dijaga petugas setiap hari yang terbagi ke dalam empat sif. Menurut dia, sif pertama petugas wajib menjaga perlintasan kereta api  pada pukul 06.00 WIB sampai 11.00 WIB. Sedangkan sif kedua, petugas berada di perlintasan kereta api pukul 11.00 WIB hingga 13.00 WIB. Dilanjutkan, petugas berjaga di sif ketiga pada pukul 13.00 WIB sampai 17.30 WIB.

“Sif terakhir, petugas berjaga di perlintasan kereta api Wonoasri pukul 17.30 WIB sampai 21.00 WIB. Keesokan harinya petugas kembali harus stand by di perlintasan. Banyak anak sekolah, pekerja kantoran, guru, dan lain sebagainya yang setiap hari melewati perlintasan kereta api,” jelas Naryo.

Ditanya uang yang bisa dikantongi setiap harinya sebagai petugas penjaga perlintasan kereta api Wonoasri, Naryo menyebut tidak pasti. Dia mengatakan paling banyak bisa mendapatkan uang Rp50.000 sehari dari hasil sumbangan para pengendara yang melewati perlintasan kereta api Wonoasri.

“Kalau menjadi petugas penjaga perlintasan kereta api bukan menjadi pekerjaan utama. Kami lebih karena sukarela saja ingin membantu orang lain. Jadi, kalau dapat berapa pun [pemberian] dari pengendara yang lewat di perlintasan kereta api, kami menerima dengan ikhlas,” jelas Naryo.

Sumbangan Pengendara
Naryo tidak keberatan apabila perlintasan kereta api Wonoasri nantinya dilengkapi dengan fasilitas palang pintu. Menurut dia, keselamatan jiwa menjadi kebutuhan masing-masing orang.

Apabila tidak ada lagi petugas penjaga, Naryo meminta, masyarakat tetap berhati-hati saat melewati perlintasan kereta api Wonoasri. “Kalau sudah ada palang pintu, semua pengandara ya mesti hati-hati,” kata Naryo.

Senada dengan Naryo, penjaga perlintasan kereta api Wonoasri lainnya, Ali, 45, menyebut petugas penjaga perlintasan kereta api Wonoasri tidak menerima pemasukan selain dari sumbangan para pengandara yang lewat.

Dia membantah Pemerintah Desa (Pemdes) Wonoasri turut membantu kesejahteraan petugas penjaga perlintasan kereta api. “Kami ikhlas membantu yang lain. Pemasukan bukan menjadi tujuan utama,” jelas Ali.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya