SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JAKARTA–Perlambatan ekonomi negara maju diperkirakan  meningkatkan persaingan antar negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bambang Prijambodo, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembiayaan Pembangunan Kementrian PPN/Bappenas, mengatakan pemulihan ekonomi global yang diperkirakan melambat, akan  membuat penetrasi pasar dari negara-negara Asia yang berorientasi ekspor, semakin sulit.

Beberapa negara maju yang menjadi tujuan utama ekspor Asia, antara lain Amerika Serikat, Jepang, China dan Uni Eropa pada 2013 diperkirakan mengalami perlambatan ekonomi seiring kebijakan pengetatan fiskal di negara tersebut.

Pemerintah AS bahkan telah melakukan pemangkasan anggaran belanja, sementara China bahkan mempertahankan proyeksi laju pertumbuhan ekonominya sebesar 7,5% atau lebih rendah dari pertumbuhan 2012 sebesar 7,8%.

Pemulihan perekonomian di Uni Eropa juga diperkirakan melambat, menyusul terjadinya resesi pengetatan anggaran untuk mengatasi beban utang yang sangat besar.

Kondisi tersebut, menurut Bambang, akan berimplikasi terhadap persaingan antar negara Asia yang  yang menjadikan negara maju sebagai tujuan utama.

“Dengan pemulihan ekonomi global yg lambat ini, perlu ditempuh beberapa langkah strategis agar tetap menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri,” kata Bambang kepada Bisnis, Senin (11/3/2013).

Langkah strategis yang dimaksud adalah penguatan ekonomi domestik yang diarahkan pada peningkatan investasi, termasuk investasi pemerintah dan BUMN.

Penguatan daya beli masyarakat, serta peningkatan efektivitas dan penyerapan belanja negara.

Selain itu, peningkatkan daya saing ekspor Indonesia secara maksimal, disamping penanganan masalah logistik, dan infrastruktur.

Pengendalian impor dengan lebih mengarah pada kegiatan yg produktif juga diprioritaskan ditengah pemulihan ekonomi global dan peningkatan persaingan antar negara Asia.

Secara keseluruhan, kata Bambang, permintaan eksternal tahun ini lebih baik dari 2012, meski tidak terlalu kuat. Diperkirakan ekspor tahun ini tumbuh 5-10%, lebih rendah dari tahun 2010 dan 2011 yg tumbuh masing-masing 35% dan 29%.

“Di sini stabilitas ekonomi sangat penting. Ketidakstabilan ekonomi berpengaruh besar terhadap confidence yang pada gilirannya akan berpengaruh pada permintaan domestik,” papar Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya