SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Perlambatan ekonomi nasional terjadi namun perekonomian di Solo tetap tumbuh,

Solopos.com, SOLO —Perekonomian Solo dinilai lebih baik jika dibandingkan perekonomian nasional yang tecermin dalam kinerja perbankan dan inflasi. Pertumbuhan dinilai semakin membaik pada semester II 2015.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, menyampaikan kredit Solo mampu tumbuh 11,5% sedangkan nasional hanya 9,7% demikian juga dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 18,8% sedangkan nasional hanya 14,6%.

Begitu pula non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah di Solo masih cukup rendah, yakni 2, 06% lebih rendah dari nasional 2,7%.

Inflasi nasional year on year (yoy) atau jika dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 6,83% hingga September masih lebih tinggi jika dibandingkan Solo yang hanya 5,27%.

Dia mengakui pertumbuhan aset perbankan saat ini lebih rendah jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10%-11% dari biasanya mencapai 20%.

“Pada dasarnya fundamental ekonomi saat ini bagus meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS [Amerika Serikat] melemah yang disebabkan karena sentimen negatif. Perekonomian pun tetap tumbuh meski melambat menjadi 4,67% pada triwulan kedua. Tapi saat ini mulai menunjukkan tren positif,” ungkap Bandoe, Jumat (2/10/2015).

Kepala Perwakilan BI Provinsi Jateng, Iskandar Simorangkir, mengungkapkan hal serupa. Dia menyampaikan tahun ini berbeda dengan krisis 1998 dan 2008 karena pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, inflasi, dan kredit bermasalah masih cukup terjaga dengan baik.

Dia mengungkapkan pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh ketidakpastian pemulihan ekonomi global, penurunan harga komoditas dunia, dan ketidakpastian pasar keuangan dunia. Selain itu, kuatnya permintaan valuta asing akibat transaksi berjalan defisit juga mempengaruhi nilai tukar.

Meski begitu, dia menyampaikan pada triwulan III tahun ini konsumsi rumah tangga mulai membaik yang tecermin dari kenaikan indeks keyakinan konsumen (IKK) dan penjualan kendaraan bermotor.

Investasi juga naik karena realisasi proyek infrastruktur pemerintah yang terlihat dari meningkatnya penjualan semen sebanyak 4,79%, penyaluran kredit, dan impor barang modal.

Hingga Agustus neraca perdagangan masih surplus US$0,43 miliar. Meski belum sepenuhnya pulih tapi ekspor diperirakan mulai tumbuh lebih baik. Iskandar mengatakan pada pertumbuhan ekspor terlihat pada produk mebel dan TPT (tekstil dan produk tekstil).

“Pertumbuhan ekonomi pada semester II akan membaik karena didukung konsistensi pemerintah dalam mendorong reformasi structural melalui paket kebijakan ekonomi dan realisasi proyek infrastruktur serta meningkatnya realisasi kredit perbankan. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mampu mencapai 4,9% untuk nasional dan 5,3% untuk Jateng,” kata dia.

Lebih lanjut dia mengungkapkan apabila paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sukses, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan bisa mencapai 5,5%. Hal ini didukung kemudahan investasi sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya