SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Hidup adalah perkara. Hidup adalah kasus. Hidup adalah problema. Demikian kata orang spiritual. Selama 24 jam manusia mengintegralkan diri dengan masalah. Manusia ada bersama dan manusia mengambil bagian dalam perkara hidup tersebut. Seluruh pikiran dan tenaga diforsifkan untuk mengelola masalah. Masalah sebagai masalah secara ansich pasti menyedot pikiran dan hati. Namun harus disaadri bahwa masalah tidak selamanya negative. Jangan terlalu cepat berkesimpulan bahwa yang namanya masalah pasti mematikan klreatif, mengrucutkan pikiran dan mengecutkan mental. Tidak demikian dong. Kalau seperti itu yang dipahami maka cape deh menjalani kehidupan ini. Keberhasilan, kebahagiaan, kesuksesan; adalah masalah. Demikian juga kegagalan, kesedihan, kekecewaan. Itu juga adalah masalah. Lalu apakah kita harus lari dari masalah tersebut ?

    Hendaknya kita menjawab hmm … siapa takut ?? Jangan pernah “lari dari masalah”. Semakin orang lari dari masalah, ia semakin dikejar oleh masalah tersebut. Oleh karena itu, mau tidak mau kita diajak untuk bersahabat dan mencintai masalah tersebut. Dalam dan melalui persahabatan tersebut, orang akan dituntut berkreatif untuk mengelola masalah dengan elegant. Bukan arogant. Dari sebab itu, pola persahabatan yang dibangun adalah empati (empathos). Bukan sekedar simpati (simpathos). Empati berarti kita masuk ke dalam masalah dan mencintai masalah tersebut untuk menemukan solving problem. Berbeda dengan simpati. Ini hanya sebatas di luar. Hanya sebatas penonton. Hanya sebatas gugup dan gumam.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

    Rasul Paulus melewati kehidupannya dengan daya memanage problem yang sungguh-sungguh kreatif. Kreativitas managerial St Paulus dilebur dalam semangat empati. Ia sadar benar bahwa segala perkara hidup yang ditanggung ini harus sungguh dicintai.  Dan sungguh lebih dahsyat lagi ketika kecintaan itu diintegralkan dengan penderitaan Kristus. Hasilnya apa yang terjadi ? Hanya demi mempertaruhkan iman, ia siap dijebloskan ke hotel pro deo (penjara). Dan iman yang dipertaruhkan itu hanya diperuntukkan bagi jemaat beriman. Ini adalah persis seperti Yesus. Hal ini sebagaimana ditandaskan dalam surat Rasul Paulus kepada umat beriman yang berada di Kolose” “Saudara-saudara, kini aku bergembira dalam penderitaan karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus untuk tubuhNya, yaitu jemaat.” (Kol 1:24-28).

    Hal  yang sama juga dihadapi maria. Seluruh perkara hidupnya dipilih dengan cara memperpadukan kesibukan duniawi dengan kesibukan sorgawi. Oleh karena itu, ketika saudaranya Marta yang hanya sibuk dengan urusan dapur (cfr. Perempuan: sumur-dapur-kasur) dan Marta menyampaikan keluhan kepada Tuhan, karena Maria hanya duduk manis dekat kaki Yesus, Tuhan menjawab, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu; Maria telah memilih jalan yang is the best, yang tidak akan diambil dari padanya (Lukas 10:38-42).

    Sebuah trend yang trendy dewasa ini seiring dengan dunia moderen: orangtua pontang-panting, luntang-lantung menyibukkan diri dengan perkara duniawi. Bukan hal aneh, kalau-kalau selama satu hari bisa jadi orang tua tidak berdialog, tidak ber-share, tidak duduk bersama anaknya. Mengapa tidak mungkin ? Habis, pagi-pagi jam 5 harus sudah keluar dari rumah. Sang anak masih tidur. Pulang ke rumah jam 10 malam. Tentu anak sudah tidur. Kapan bisa bercurhat bersama anaknya ? Memang perkara duniawi sungguh menguasai perkara “buah hati”. Kalau dengan istri, tidak boleh menjauh. Saat suami datang-pergi, harus diiringi dengan cipikir-cipikan to ?? kalau demikian halnya, bagaimana dengan perkara sesama, apalagi dengan perkara Tuhan ? Dijamin oke?? May be Yes, May be No..

    Sebagai manusia yang hidup di dunia fana ini, mau tidak mau, kita lebih banyak dikuasai oleh perkara duniawi. Asyiknya bahwa perkara duniawi ini memiliki kekhasan masing-masing. Orang Jawa: punya perkara yang menonjol adalah bagaiman berkumpul untuk merencanakan transmigrasi (mangan ora mangan, yang penting ngumpul). Orang Flores: perkaranya: anak harus baptis bayi menjadi Katholik, merencanakan anak jadi pastor-suster. Kalau tidak, maka ia harus jadi satpam. Lalu orang Tionghoa: bagaimana mengajarkan anak supaya modal seratus juta, apalagi ciri khas manusia kan tidak pernah bisa puas. (cfr. Sudah punya sepeda, inginnya ada motor, mobil, pesawat). Sudah punya 1 bini, ingin 2, ingin 3 (ini bertentangan dengan ajaran Katholik, nanti kena teguran dari Allah Tritunggal).

    Karena sadar akan hakekat Tri Tunggal sebagai kekayaan iman, maka hendaknya kekayaan perkara duniawi harus dipertautkan juga dengan kelimpahan imani. Jangan sampai terlalu sibuk mencari duit, akhirnya kita meng-Allah-kan duit pula. Orang benar-benar ingin  menjadi warga sumut (semua urusan uang tunai). Akhirnya melahirkan prinsip bahwa cukup ke gereja pada hari Minggu saja. Ironisnya bahwa dewasa ini, orang begitu tergiur dengan 3TA (harta, wanita, tachta). Lalu lupa iman ? Seyogyanya harus diproporsionalkan dengan 3BPR (Bapa-Putera-Roh Kudus). Ini baru namanya porsi kehidupan duniawi-sorgawi yang proporsional (balance:seimbang gitu loh). Supaya nanti tiba saatnya kita meninggalkan segala perkara duniawi dengan berbagai kemewahan itu, dan ketika Allah menimbang neraca kehidupan sebagai seleksi masuk surga hendaknya neraca itu tidak terjungkal. Diharapkan seimbang. Maka Allah dan kita pun tidak sewot gitu loh. Kan asyik..

    Kalau  semuanya ini sudah jelas permainannya, maka kita adalah anak Katholik yang baik. Kita sudah meniru Rasul Paulus, Bunda Maria sebagai teladan iman yang patut dicontoh. Satu pernyataan Paulus yang menarik: segala perkara hidupku kutangguhkan dalam iman dan beginilah adanya Maria. Ia telah memilih jalan terbaik, yaitu tidak lupa dengan Tuhan. Perkara duniawi yes dan perkara surgawi juga yes… Amin.

Oleh Laurensius Dihe Makin, Pr
Seminari Tinggi St Paulus Kentungan
Mahasiswa S2 Magister Teologi USD,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya