SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kawasan Industri (Dok/JIBI/Bisnis)

Peringkat kemudahan usaha Indonesia dalam Ease of Doing Business (EODB) 2017 melonjak tajam, namun Presiden Jokowi belum puas.

Solopos.com, JAKARTA — Meskipun Indonesia mencetak rekor kenaikan peringkat dalam indeks kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EODB) 2017 yang dilansir World Bank, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tetap belum puas.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Rabu (26/10/2016), Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan ketidakpuasan tersebut membuat Presiden kembali memerintahkan jajarannya untuk segera melakukan beberapa perbaikan. Hal ini diperlukan untuk kembali meningkatkan peringkat Indonesia dalam indeks EODB.

“Walaupun kita dianggap sebagai negara yang promising [menjanjikan] karena [kenaikan] peringkatnya tertinggi, tetapi sekali lagi Bapak Presiden tetap belum puas. Pada prinsipnya, Presiden masih terus mengejar kepada Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan menteri-menteri terkait untuk memperbaiki, karena belum mencapai sesuai target yang diinginkan Presiden,” kata Pramono.

Adapun, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan Indonesia dianggap berhasil melakukan pembenahan dalam 7 dari 10 kelompok indikator yang dinilai World Bank. Darmin mengatakan, World Bank juga menganggap Indonesia berhasil menurunkan waktu memulai dan melaksanakan usaha di Indonesia dari 168 hari pada 2004 menjadi 24,9 hari.

“Jadi penurunannya itu sebesar 85% dan itu dianggap bahwa Pemerintah Indonesia secara konsisten melangkah maju dalam penyelenggaraan reformasi selama beberap tahun terakhir. Kita termasuk di antara top reformers indeks tersebut,” kata Darmin.

Dia mengatakan, semestinya Indonesia bisa memenuhi satu kelompok indikator lagi. Namun, kata Darmin, pembenahan itu tidak dihitung karena perubahan regulasi terlambat dan tidak terekam dalam survei.

Tujuh kelompok indikator itu adalah memulai usaha, registrasi properti, perolehan sambungan listrik, pembayaran pajak, akses terhadap kredit, perdagangan lintas batas alias kemudahan ekspor impor yang terefleksi dalam dwelling time dan terakhir adalah penegakan kontrak.

“Di Asia, rata-rata untuk negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik itu ranking rata-ratanya adalah 96. Jadi kita sudah lebih baik dari rata-rata,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BKPM Thomas Lembong mengemukakan peningkatan peringkat itu sangat signifikan untuk menciptakan persepsi positif dari investor asing. Namun, dia mengaku akan terus melakukan pembenahan seperti yang diperintahkan oleh Presiden.

“Meskipun itu adalah lonjakan terbanyak dalam sejarah indeks EoDB itu. Kita memang masih jauh sekali [dari target]. Saya kira saat ini kita baru 5-10% dari yang seharusnya kita kerjakan. Kita harus genjot habis-habisan untuk mengejar ke target itu,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya