SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi

Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta akan menggelar ajang 24 jam menabuh gamelan bertajuk “24 Jam Menabuh: Sound of The Universe”

Harianjogja.com, BANTUL –Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta akan menggelar ajang 24 jam menabuh gamelan bertajuk “24 Jam Menabuh: Sound of The Universe” sebagai upaya napak tilas 40 tahun gending Puswawarna terpilih sebagai salah satu musik yang diangkut pesawat tanpa awak Voyager.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada 2014 lalu, ajang ini sempat dinobatkan Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai pergelaran musik terlama di 2012 lalu namun sempat vakum selama lima tahun.

Ketua Pelaksana, Siswandi mengatakan ajang ini akan dilaksanakan pada Selasa-Rabu (5-6/9/2017) mendatang bertempat di Concert Hall dan gedung FSP ISI Yogyakarta.

Tanggal ini dipilih untuk memperingati diluncurkannya pesawat tanpa awak Voyager oleh NASA yang dilengkapi alat pemutar data rekaman audio, salah satunya gending Ketawang Puspawarna.

Gendung ini merupakan salah satu gending kebesaran Keraton Mangkunegaran yang diciptakan oleh Mangkunegaran VI dan direkam oleh empu karawitan yakni Wasitodiningrat. “Gending ini disejajarkan dengan karya musisi dunia lainnya,” ucapnya saat jumpa pers pada Rabu (30/8/2017).

Siswandi mengatakan ajang ini akan melibatkan 29 kelompok musik karawitan yang berasal dari Jawa dan Bali dengan total 1000 personel. Para penampil terdiri dari lima grup karawitan profesional, tiga kelompok karawitan anak-anak, lima kelompok karawitan wanita, tiga kelompok karawitan SMTA, 13 UKM Karawitan Perguruan Tinggi dan satu kelompok hadroh dari Kulonprogo.

Nantinya selain menyajikan gending Ketawang Puswawarna, menurut Siswandi, panitia juga akan menampilkan gending indah karya Paku Buwono X yakni “Rondon Ageng” saat tengah malam dengan suasana gelap gulita. Tujuannya untuk mengajak penonton menghayati kembali kekosongan dan kesunyian yang terkadang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan.

Menurutnya, kekosongan dan kesunyian ini lah yang dirasakan oleh kru Voyager mencari tanda-tanda kehidupan di antariksa. “Untuk mengurangi jeda waktu karena gamelan harus berbunyi terus-menerus, di panggung kami menyiapkan dua perangkat gamelan bergaya Yogyakarta dan Surakarta,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya