Solopos.com, BOYOLALI–Sekitar 20 aktivis dari beberapa organisasi kepemudaan di Kabupaten Boyolali dan sekitarnya mengadakan aksi damai dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional di Jl. Pandanaran, tepatnya di kawasan bundaran Taman Kota Sonokridanggo, Boyolali, Rabu (20/11/2013).
Peserta aksi damai itu merupakan perwakilan dari Boyolali untuk Toleransi, Perhimpunan Masyarakat Setara Indonesia (Permata Indonesia), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Pimkot Salatiga, dan Traffic Light Community (ILC). Melalui aksi tersebut, mereka menyoroti masih adanya diskriminasi dalam berbagai bidang di Indonesia.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Mereka menuntut agar segala praktik diskriminasi tersebut dapat dihentikan. Beberapa poin yang disampaikan antara lain agar kekerasan terhadap petani dihentikan, menuntut kenaikan upah, nasionalisasi aset asing, penghapusan utang lama dan penolakan utang baru luar negeri, penyediaan lapangan kerja untuk rakyat dan pencabutan regulasi yang tidak prorakyat.
Dalam orasinya, koordinator lapangan (korlap) aksi, Sigit Setiawan, mengemukakan masih banyak kesimpangsiuran yang terjadi di Indonesia termasuk kasus korupsi yang jelas merugikan bangsa yang tak kunjung selesai.
“Semua itu adalah bentuk diskriminasi yang jelas. Hingga kini praktik diskriminasi bahkan masih begitu dominan,” serunya.
Melalui momentum Hari Toleransi Internasional yang diperingati 16 November itu, mereka berharap ada langkah nyata pemerintah dalam menghapus berbagai praktik diskriminasi tersebut.