SOLOPOS.COM - Para pegawai Kantor Kemenag Sragen mengikuti upacara bendera peringatan Hari Santri Nasional 2019 di halaman kantor setempat, Selasa (22/10/2019). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati meminta 181 pondok pesantren (ponpes) di wilayah Bumi Sukowati harus mampu menangkal radikalisme dan menjaga perdamaian.

Selain itu, Bupati Yuni berharap para santri bersama-sama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bisa menjadi sparring partner dalam mencegah radikalisme di Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu disampaikan Bupati Sragen saat ditemui wartawan seusai menjadi inspektur upacara peringatan Hari Santri Nasional di halaman Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sragen, Selasa (22/10/2019).

Dalam upacara itu, Yuni membacakan sambutan Menteri Agama Lukman hakim Saifuddin. Yuni menyebut tema Hari Santri Nasional 2019, yakni Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia.

Dia menyebut pesantren menjadi sebuah laboratorium perdamaian, menyemai Islam dengan sikap moderat.

“Sesuai dengan pesan menteri, santri dan pesantren harus bisa menjaga perdamaian dan jadi yang terdepan. Pesantren jadi simbol perdamaian dan mampu menangkal semua yang berbau radikal. Pesantren dan santri bisa jadi sparring partner pemerintah untuk bareng-bareng mencegah radikalisme. Pesantren di Sragen itu ada 181 ponpes dari berbagai latar berlakang, baik Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan organisasi keagamaan lainnya,” ujar Yuni.

Pada kesempatan itu, para pegawai Kantor Kemenag Kabupaten Sragen mengikuti upacara bendera dengan mengenakan sarung. Para petugas upacaranya pun mengenakan sarung.

Yuni mengakui peringatan Hari Santri Nasional tidak digelar di Alun-alun Sasana Langen Putra tetapi diadakan menyeluruh di daerah masing-masing agar gaung Hari Santri Nasional bisa dirasakan di seluruh penjuru.

Bupati tidak ingin kasus di SMKN 2 Sragen terulang. Para siswa sudah mengetahui dan mengerti tentang paham-paham dari luar. Ke depan, Yuni berharap pesantren-pesantren bisa masuk ke sekolah untuk mencegah paham radikalisme.

Diberitakan sebelumnya, beredar foto pengibaran bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang identik logo Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di SMKN 2 Sragen yang menghebohkan media sosial.

“Sebenarnya pesantren masuk sekolah itu sudah dilakukan setiap Ramadan. Barangkali para kiai-kiai dari pesantren itu bisa mengisi kegiatan di sekolah itu,” ujar Bupati Yuni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya