SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

(Solopos.com) — Sebuah aksi <I>performing art</I> digelar di Jl Slamet Riyadi, Minggu (20/3) pagi. Dimulai dari depan Solo Grand Mal (SGM), puluhan orang yang tergabung dalam Mapala se-UNS Bersatu dan Teater Tesa melakukan meditasi air, suatu aksi <I>longmarch</I> dan teatrikal dalam rangka Peringatan Hari Air Sedunia.

Seni pertunjukan itu bercerita tentang seorang ratu jahat sedang menunggangi kereta kencana, botol-botol dan galon air mineral menjadi penghias kereta.Itu sebagai gambaran swastanisasi air yang terjadi di negeri selama ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut sutradara aksi, Prawoto S, kereta kencana mewakili kemewahan, kemegahan dari ratu, dari sang penguasa. Dari kemewahan itu, air di bumi telah dirampas pihak-pihak yang bengis dan rakus.

Sementara itu, rakyat yang berada di bawah, telah kehabisan air, ember-ember yang mereka bawa pun sudah tertelungkup, hanya dipakai sebagai penutup kepala, karena memang air telah sirna dari muka bumi. Pohon telah kering, tak mampu bertahan hidup. Paling ironis adalah digotongnya keranda diselubungi <I>jarik</I>. “Ini melambangkan kematian, rakyat yang terjajah, kehidupan telah mati tanpa air,” ungkap Prawoto, saat ditemui <I>Espos</I>, seusai aksi.

Pertunjukan teatrikal yang berakhir hingga Gladak itu diakhiri dengan kematian si ratu jahat, perampas air, kemunculan sosok ibu pertiwi yang menyapukan sapu lidi yang dibawanya, merupakan suatu bentuk pengusiran <I>durga</I> atau orang murka. Tembang <I>Singgah<I>, yang berisi mantra untuk mengusir roh jahat mengiringi kematiannya. “Aksi ini merupakan upaya nyata untuk ikut mengimbau masyarakat kota Solo tentang pentingnya air dalam kehidupan manusia,” imbuh Prawoto.

Oleh karena itu, dalam aksi tersebut juga berupaya melibatkan orang-orang di sekitar. Misalnya, saat kematian ratu penguasa yang juga dilanjutkan dengan syukuran berupa <I>tumpengan</I>, Prawoto mengikutsertakan seorang sopir becak untuk mendoakan syukuran itu. Dikatakan dia, hal itu merupakan suatu spontanitas dan ternyata seorang sopir becak juga berdoa demi kelangsungan air bisa terus terpelihara.
Seorang penonton yang sedang menikmati suasana <I>car free day</I> pagi itu, Retno, mengungkapkan aksi pagi itu telah menggugah hati. Selama ini, mungkin banyak yang belum merasakan bagaimana rasanya mengalami krisis air. “Dengan adanya mereka, bisa mengingatkan semua untuk menghargai air karena sangat berguna untuk makhluk hidup,” ulas dia. <B>(m97)</B>

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya