SOLOPOS.COM - Pedagang atribut bernuansa merah-putih di Solo. (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, JOGJA—Generasi muda di DIY masih merasakan kebanggaan menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Sejak sepekan sebelum peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-69 Republik Indonesia, Harianjogja.com mewawancarai 110 narasumber yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi. Ada empat pertanyaan yang mewakili semangat kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Keempatnya meliputi pilihan untuk menggunakan produk dalam negeri atau luar negeri, intensitas menyaksikan kesenian tradisional, anggapan tentang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, serta kebanggaan menjadi orang Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam kerangka kebangsaan, hasilnya cukup positif. Sebagian besar pemuda mengaku lebih menyukai rpduk dalam negeri. Alasannya beragam. Salah satunya karena kebanggaan, seperti yang diungkapkan Santo, 23, mahasiswa asal Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

“[Lebih suka] dalam negeri karena untuk memasarkan dan  mengenalkan barang Indonesia yang tidak kalah kualitasnya dengan barang luar negeri. Kalau tidak dimulai dari kita, siapa lagi yang akan cinta produk Indonesia?” ujarnya.

Wida, 22, mahasiswa asal UNY juga mengungkapkan pendapat senada. Menurut dia produk dalam negeri lebih murah dan sangat penting dipakai untuk menghargai karya saudara sebangsa. Namun, Wida memberi catatan lain. “Kadang kualitas produk dalam negeri agar kurang [bagus],” kata dia.

Stereotip kualitas pula yang membuat sejumlah siswa SMA dan mahasiswa memilih menggunakan produk luar negeri. Yustinus Andri, 22, mahasiswa Fakultas Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengaku lebih gandrung akan barang-barang buatan luar negeri karena kualitasnya lebih meyakinkan.

Salah satu indikator kecintaan terhadap bangsa dapat pula dilihat dari intensitas para pemuda dalam melihat kesenian tradisional. Sebagaimana mereka lebih suka produk dalam negeri, sejumlah pemuda yang diwawancarai Harianjogja.com juga mengaku melihat kesenian tradisional dalam tiga bulan terakhir. Mereka menonton kesenian seperti wayang, angklung, maupun ketoprak di sekolah, kampus maupun lewat media seperti televisi dan situs Youtube.

“Saya pemburu kesenian, terakhir dua hari lalu saya menonton wayang kulit,” ujar Edi Dwi, warga Siraman, Gunungkidul.

Sementara, semua narasumber mengaku bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Meski demikian, ada pula yang melihat perasaan bangga terhadap bangsa Indonesia dalam dua sisi.

“Saya bangga menjadi orang Indonesia karena banyak ragam budayanya, tetapi malu kalau banyak pejabat pemerintahan yang tidak amanah,” kata Yolanati Nisaur Rofifah, mahasiswi Farmasi, Fakultas  Kedokteran dan Ilmu Kesehetan Universitas Muhammadiyah  Yogyakarta (UMY).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya