SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo alias Jokowi. (JIBI/Solopos/Antara/Harviyan Perdana Putra)

Sebelum dihadiahi “kartu kuning” di UI, Presiden Jokowi juga memberikan peringatan keras tentang kinerja ekspor dan investasi.

Solopos.com, JAKARTA — Aksi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI 2018 Zaadit Taqwa, yang menghadiahi Jokowi dengan “kartu kuning” Jumat (2/2/2018), memang multitafsir. Zaadit yang berdiri di antara tamu undangan Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia memang tidak mengganggu acara, namun mampu membuat Fahri Hamzah berkicau.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mahasiswa ini sebenarnya tidak menyiapkan kartu berwarna kuning secara khusus, dia hanya menggunakan buku himpunan lagu upacara wisuda dan penyambutan mahasiswa baru Universitas Indonesia. Kebetulan buku tersebut berwarna kuning, pun tampak sama seperti jaket almamater UI.

Simbol kartu kuning yang disampaikan oleh mahasiswa, ditanggapi beragam oleh publik. Salah satunya Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, lewat kicauan di akun twitter @Fahrihamzah. “#KartuKuningUntukJokowi itu bagus untuk bangsa Indonesia,” kicaunya.

Terlepas dari tafsir kartu kuning dari Zaadit untuk Jokowi, sepertinya jika dari sudut pandang kondisi perekonomian, peringatan berhati-hati rasanya tepat disampaikan kepada Pak Jokowi. Di tengah upaya pemerintahan Jokowi membenahi pintu bagi investasi masuk, melonjaknya peringkat ease of doing business (EoDB) Indonesia di posisi ke-72, hingga rekor cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah, masih ada lubang yang membuat ekonomi melesat.

Calon investor yang ingin masuk kesulitan mengurusi perizinan yang masih berlarut-larut dan membuat Jokowi marah besar. Data yang diterima Presiden, di sektor pembangkit listrik yang IPP perizinan di pusat memakan waktu 19 hari, sementara di tingkat pemerintah daerah 775 hari.

?Untuk sektor perindustrian, perizinan di pemerintah pusat memakan waktu 143 hari, sementara di daerah 529 hari. Khusus di sektor manufaktur, sulitnya investor masuk akan memengaruhi kinerja ekspor nasional beberapa tahun mendatang.

Bicara kinerja ekspor, Indonesia masih tertinggal dari Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dalam pembukaan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2018, Jokowi menyinggung rendahnya nilai ekspor nasional dibandingkan dengan negara satu kawasan tersebut.

Presiden menyebutkan nilai ekspor negara tetangga pada 2016, yang diprediksi tidak berubah jauh pada 2017. Nilai ekspor Thailand mencapai US$213 miliar, Malaysia US$184 miliar, dan Vietnam US$160 miliar. “Kita hanya US$145 miliar. Ini fakta. Negara sebesar ini kalah,” ujarnya.

Walaupun sektor manufaktur telah berkontribusi sebesar 76% atau sekitar US$168,73 miliar dari total nilai ekspor, belum dapat membuat Indonesia menjadi yang pertama di ASEAN pada 2017. Berbagai kendala memang masih terlihat di depan mata hingga masa pemerintahan yang tinggal kurang dari 2 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya