SOLOPOS.COM - Bangkai ikan nila dan mas mengambang di permukaan keramba milik Mitra Usaha di Waduk Kedung Ombo (WKO) sebelah timur, tepatnya di kawasan Ngasinan, Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen, Selasa (24/8/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Perikanan Sragen, ratusan ton ikan di keramba Waduk Kedungombo diketahui mati.

Solopos.com, SRAGEN–Ratusan ton ikan yang tersebar di sekitar 150 keramba di Waduk Kedung Ombo (WKO) mati dalam dua hari terakhir. Kematian ratusan ton ikan itu diduga dipengaruhi perubahan iklim yang kurang bersahabat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengamatan Solopos.com di sejumlah keramba ikan di Waduk Kedung Ombo (WKO) tepatnya di Dusun Ngasinan, Desa Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen, ikan-ikan itu mati mengambang. Kebanyakan perut bangkai ikan jenis emas dan nila itu sudah buncit. Aroma tidak sedap menyeruak dari sejumlah bangkai ikan yang sudah membusuk. Tidak semua ikan dalam satu keramba mati. Sejumlah petani ikan sibuk memisahkan ikan mati dari gerombolan ikan yang masih hidup. Tidak hanya ikan yang siap panen, bibit ikan yang baru berusia beberapa hari juga banyak ditemukan mati.

”Gejala awalnya itu air waduk tiba-tiba berubah jadi keruh. Ini mungkin pengaruh embusan angin. Kotoran di dasar waduk terangkat ke permukaan sehingga membuat air berubah warna menjadi putih. Setelah itu, ikan-ikan itu mulai mati satu per satu,” jelas Sugiyarto, pimpinan produksi keramba ikan milik Mitra Usaha kala ditemui wartawan di lokasi, Selasa (24/8/2016).

Matinya ikan-ikan itu terjadi di sekitar 150 keramba di WKO bagian timur yang masuk wilayah Ngasinan. Namun, jumlah ikan yang mati keramba ikan milik Mitra Usaha terhitung paling banyak. Di keramba ini, terdapat 30 ton ikan yang mati dalam dua hari terakhir. Secara menyeluruh, terdapat ratusan ton ikan di sekitar 150 keramba yang mati. Ikan yang mati itu sudah tidak layak dikonsumsi. Akibat matinya ikan itu, Mitra Usaha mengalami kerugian sekitar Rp810 juta, dengan asumsi harga satu kilogram ikan nila mencapai Rp27.000. Kerugian itu belum termasuk biaya pakan yang sudah dikeluarkan untuk membesarkan ikan.

Kematian ikan di WKO dalam jumlah besar sudah terjadi dalam empat tahun terakhir. Kematian ikan paling parah terjadi pada 2015 lalu. Saat itu, hampir seluruh ikan di semua keramba Mitra Usaha ditemukan mati. ”Pada 2015 lalu, jumlah ikan yang mati di keramba ini mencapai 160 ton. Tahun lalu tidak ada ikan di yang masih hidup. Semua ikan mati mengambang di permukaan air. Tahun ini masih agak mendingan,” ujar Sugiyarto.

Kematian ikan dalam jumlah besar sudah terjadi di sejumlah keramba sejak akhir Juli hingga awal Agustus lalu. Namun, kematian ikan di keramba milik Mitra Usaha baru kali pertama terjadi sepanjang tahun ini. Kalangan petani ikan berharap iklim bisa kembali bersahabat dengan mereka.
”Kematian ikan di WKO ini seperti siklus. Setiap tahun pasti ada dan tidak bisa dihindari. Hanya kami berharap, kerugian akibat siklus kematian ikan itu tidak terlalu parah,” kata Giman, 50, petani ikan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya