SOLOPOS.COM - Nelayan memasukkan ikan ke dalam wadah berpendingin di TPI Popoh, Tulungagung, (JIBI/Solopos/Antara/Destyan Sujarwoko)

Terdapat 128 usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang perikanan yang masih kekurangan bahan baku.

Harianjogja.com, BANTUL-Produksi hasil laut di Bantul belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku produsen olahan hasil laut. Sebanyak 50 % bahan baku masih di pasok dari luar daerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bagian Bina Usaha dan Pengawasan Pengendalian Sumber Daya Kelautan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Nanang Dwi Atmoko mengatakan setiap harinya kebutuhan hasil laut terutama ikan masih dipasok dari Semarang, Cilacap, Tegal, dan sebagian daerah di Jawa Timur. “Kurangnya sekitar 50%,“ kata Nanang, Senin (29/8/2016).

Nanang menuturkan setidaknya terdapat 128 usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang perikanan yang masih kekurangan bahan baku sehingga sulit untuk dapat berkembang menjadi Usaha Kecil Menengah (UKM). Kata Nanang semuanya rata-rata omset di bawah Rp1 miliar.

Namun kata Nanang, sekarang ini terdapat sebagian UMKM yang produktif. Dia mencontohkan diantaranya UMKM pengolahan ikan crispy seperti wader crispy dan baby nila crispy. Selain itu juga terdapat produk Fish Jelly, seperti nugget, siomay, pempek, dan kaki naga. Produk-produk olahan tersebut menurut Nanang mendominasi, namun masih kekurangan bahan baku.

Lebih lanjut Nanang mengungkapkan bahan baku sebagian besar malah tidak ada sama sekali sehingga harus mendatangkan dari luar daerah. “Padahal Bantul memiliki potensi melimpah, namun kenyataanya untuk kuliner di sepanjang pantai saja kurang,” ujarnya.

Selain itu dia mencontohkan produk olahan Fish jelly yang menggunakan ikan tuna. Menurutnya di pantai selatan sendiri tangkapan tuna sangat jarang, kalaupun ada biasanya akan di jual ke pabrik besar.

Sementara selama ini menurut dia pasokan ikan hanya mengandalkan dua kapal berkapasitas 30 gros ton yang dikelola oleh koperasi nelayan. Menurutnya hasil tangkapan sudah maksimal, namun frekuensi penangkapan yang hanya dua kapal tersebut masih sangat kurang. Hal itu juga karena kapal-kapal besar lainya langsung menjual ikan ke eksportir sehingga kebutuhan lokal tidak terpenuhi.

“Kendalanya yang jelas kita tidak punya pelabuhan. Jika punya pelabuhan dan nantinya bisa masuk kapal-kapal diatas 30 gros ton, kemungkinan kebutuhan bahan baku produksi olahan perikanan dapat terpenuhi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya