SOLOPOS.COM - Ilustrasi kolam lele. (Youtube.com)

Perikanan lele yang dibudidayakan di Kudus, Jateng terancam penyakit seiring cuaca yang tidak menentu.

Semarangpos.com, KUDUS — Pembudidaya ikan lele di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengurangi tingkat produksi ikan mereka demi menghindari serangan penyakit menyusul cuaca yang tidak menentu. “Musim saat ini tergolong anomali karena terkadang cuaca cerah dan terkadang masih ada hujan,” kata Faruq, ketua pembudidaya ikan lele Remaja Asri di Kecamatan Gebog, Kudus, Jateng, Selasa (27/2/2018).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi seperti itu, lanjut Faruq, ikan lele di tambak mudah sekali diserang berbagai penyakit, seperti sirip merah dan moncong putih. Demi mengantisipasi serangan berbagai penyakit, jumlah ikan lele yang ditebar dikurangi.

Ia mencontohkan sebelumnya setiap meter kubik air diisi 200 ekor benih ikan lele, maka saat ini hanya diisi 150 ekor benih. Apabila dipaksakan melakukan penebaran rapat, dia khawatir, ikannya mudah terserang penyakit serta pertumbuhannya juga agak lambat.

Meskipun jumlah tebaran bibit ikannya dikurangi, kata Faruq, bukan berarti biaya produksinya menurun. “Biaya produksinya dari sebelumnya hanya Rp13,5 juta/ton, kini naik hingga Rp500.000/tonnya,” ujarnya.

Pasalnya, lanjut dia, ada penambahan biaya untuk penambahan nutrisi dan vitamin untuk menambah tingkat kekebalan ikan terhadap serangan penyakit. Hasilnya, kata dia, memang memuaskan karena hasil panen pada bulan Februari 2018 mencapai 2,2 ton ikan lele mengingat tidak banyak bibit ikan lele yang mati akibat penyakit.

Untuk harga jual ikan lele, katanya, saat ini mengalami kenaikan menjadi Rp16.000 per kilogram untuk pasar lokal Kudus dan Rp16.500/kg untuk wilayah Semarang. Informasinya, sambung dia, cuaca yang tidak menentu akan berlangsung hingga bulan April 2018. Pola tebar jarang, katanya, tentu akan dipertahankan hingga cuaca normal kembali.

Maesa Agni, pembudi daya ikan lele lainnya di Kudus mengakui cuaca seperti sekarang memang harus menjaga suhu air agar tetap stabil antara 28 derajat Celcius-32 derajat Celcius. “Kalaupun cuacanya terlalu dingin, maka kolam diangkat ke atas dan di bawahnya diberi sekam,” ujar pembudi daya ikan lele sistem bioflok.

Untuk model bioflok, kata dia, tingkat produksi tetap stabil dan tidak ada penambahan biaya saat terjadi anomali musim karena keberadaan kolam diberi atap sehingga air hujan tidak mudah masuk ke kolam. Apalagi, lanjut dia, air hujan juga tidak baik untuk perkembangan ikan lele karena pH (potensial Hidrogen) dalam kolam dapat menurun dan bisa mengakibatkan ikan menjadi kembung dan mudah mati.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus selama tahun 2017, tingkat produksi ikan lele di Kudus mencapai 1.120,78 ton atau 56,04% dari total produksi. Sedangkan selebihnya merupakan ikan nila, ikan mas serta ikan bandeng. Daerah penghasil ikan lele terbesar, yakni dari Desa Gondosari, Jurang, dan Jekulo.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya