SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Perikanan Gunungkidul disoal pembudidaya ikan tawar.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul mencatat setiap tahun produktivitas budidaya ikan tawar di Gunungkidul terus meningkat baik untuk jenis ikan lele maupun ikan bersisik. Namun hal tersebut justru berbeda dengan kenyataan pasar di Gunungkidul masih melakukan impor ikan air tawar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah seorang pembudidaya ikan air tawar di Gunungkidul, Sugiyatno mengungkapkan kekhawatirannya lantaran sejumlah pedagang kebanyakan masih memilih untuk membeli ikan dari luar daerah. Hal tersebut menurutnya akan berimbas tidak baik pada para pembudidaya di Gunungkidul. Ia mengatakan imbas negatif yang dimaksud yakni akan anjloknya nasib pasar lokal jika impor ikan dari luar daerah tidak dikendalikan oleh pemerintah Kabupaten.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami nggak mau sampai terjadi hal tersebut, perlu dapat pengawasan dari pemerintah daerah,” kata dia, Kamis (22/9/2016).

Ia mengatakan selama ini, realitanya para pedagang masih terus memasok ikan dari sejumlah daerah di luar Gunungkidul seperti Sidoharjo, Pacitan, atau Boyolali. Sejauh yang ia ketahui, kebutuhan para pedagang khususnya kuliner akan ikan air tawar di Gunungkidul yakni sebanyak sepuluh ton. Sedangkan selama ini produktivitas budidaya di Gunungkidul baru terpenuhi rata-rata sebanyak enam ton. Sehingga sisanya harus memenuhinya dengan melakukan impor.

Sugiyatno melanjutkan bahwa saat ini harga ikan lele misalnya, dari pembudidaya untuk dijual ke pasar paling mahal Rp17.000 sedangkan di pasar akan dijual sebesar Rp22.000. Dengan masuknya ikan dari luar daerah ditakutkan akan merusak harga ikan di pasar lokal.

“Okelah kalau untuk mendatangkan ikan dari luar daerah karena untuk mencukupi kebutuhan. Tapi untuk harga mesti dikendalikan oleh daerah,” ujarnya.

Produktivitas Tak Stabil

Kepala Seksi Perikanan Budidaya, Ahmad Sofi membenarkan pedagang pasar di Gunungkidul lebih memilih untuk melakukan impor ikan dari luar daerah. Sebab produktivitas ikan air tawar di Gunungkidul memang belum dapat stabil.

Berkaca pada tahun lalu saat kemarau panjang di Gunungkidul menyebabkan pada minimnya produksi ikan. Pedagang otomatis tidak dapat bergantung dengan produksi ikan di Gunungkidul sehingga mau tak mau harus mencari pasokan ikan dengan jalan impor.

“Pedagang di pasar lebih memilih impor, tapi kalau untuk pedagang kuliner masih ambil dari lokal kok,” kata dia.

Namun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ia optimis bahwa produktivitas tahun 2016 akan meningkat dan lebih baik. Hal tersebut dikarenakan musim kemarau basah yang mengakibatkan curah hujan masih cukup tinggi dan berdampak baik pada budidaya ikan air tawar.

“Saya kira petani tidak perlu khawatir produknya tidak laku dijual. Apalagi tahun ini harganya lumayan baik di pasaran,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya