SOLOPOS.COM - Puluhan kapal jukung sedang diparkir di area Pelabuhan Sadeng. Senin (6/2/2017). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Perikanan Gunungkidul, cuaca ekstrem masih saja terjadi.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Nelayan Gunungkidul terpaksa berhenti melaut seiring datangnya angin barat daya.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Fenomena alam ini menjadi momok bagi pelaut. Selain embusan angin yang datang memiliki kecepatan di atas rata-rata. Kondisi tersebut juga berdampak terhadap tinggi gelombang di lautan yang bisa mencapai 4-5 meter. Selain itu, posisi ikan juga sulit dicari sehingga nelayan mengalami paceklik.

“Tanda-tanda perubahan angin sudah terlihat sejak satu bulan lalu. Namun dampaknya baru terasa sejak dua minggu ini, di mana nelayan  sudah berhenti melaut,” kata Ari salah seorang nelayan di Pantai Sadeng, kepada wartawan Senin (6/2/2017).

Namun demikian, menurut Ari, sejumlah kapal dengan ukuran 30 GT masih ada yang tetap nekat melaut. Hanya saja, upaya tersebut tak membuahkan hasil. Sebab jumlah biaya untuk melaut dengan hasil yang diperoleh tidak seimbang.

“Untuk operasional empat kapal itu butuh biaya sekitar Rp150 juta, sedang hasil ikan yang didapatkan hanya seberat satu ton saja,” ungkap dia.

Ari pun menjelaskan, kondisi itu sangat tidak menguntungkan. Kondisi ini berbading terbalik saat cuaca sedang baik, untuk sekali melaut kapal ukuran 30 GT bisa mendapatkan ikan hingga 20 ton. Saat dijual hasil tangkapan itu bisa mendapatkan uang sekitar Rp300 juta.

“Untuk sekarang untuk tak bisa diraih sehingga banyak kapal yang disandarkan di Pelabuhan Sadeng,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya