SOLOPOS.COM - Toto tengah menjaring ikan Nila dari kolam miliknya di Dusun Kabunan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Senin (22/6/2015). (Harian Jogja-Sunartono)

Perikanan Bantul ikut terpengaruh musim kemarau.

Harianjogja.com, BANTUL-Kemarau panjang yang terjadi di pertengahan 2015 ini mengakibatkan produksi perikanan budidaya menurun drastis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diakui sendiri oleh Kepala Bidang Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul Istriyani. Diakuinya, menurunnya produksi tersebut pada dasarnya adalah siklus tahunan.

Selain menyebabkan berkurangnya debit air, kemarau panjang tak pelak juga mempengaruhi kualitas air. Terlebih lagi, untuk tahun ini, kondisi suhu udara cenderung tidak stabil. Perbedaan suhu yang kontras antara siang dan malam hari menyebabkan penyakit rentan menyerang lingkungan kolam ikan.

Dijelaskannya, sepanjang tahun 2015 ini, perbedaan yang sangat kontras terlihat dari produksi perikanan budidaya, baik kolam maupun tambak. Pada budidaya tambak, produksi udang vaname yang menjadi komoditas dari budidaya perikanan tambak di Bantul, mengalami penurunan hingga 90 ton lebih. Lebih parah terjadi pada budidya kolam, produksi ikan konsumsi mengalami penurunan hingga 1.000 ton lebih.

Meski begitu, ia mengaku, komoditas lele masih mendominasi perikanan budidaya di Bantul. Hingga triwulan II ini, total produksi jenis ikan lele mencapai 3.000 ton lebih. ”Sedangkan komoditas yang paling kecil jumlahnya adalah Patin, total triwulan I dan II sebesar 8 ton lebih,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (13/8/2015) siang.

Itulah sebabnya, ia selalu menyarankan kepada pembudidaya, khususnya yang masih menerapkan metode konvensional untuk mengubah kebiasaannya dalam pembudidayaan. Beberapa di antaranya adalah perubahan pola makanan ikan. Sebut saja misalnya untuk jenis Gurame, jika biasanya digelontor pakan pelet, khusus untuk saat ini, pembudidaya diharapkannya memperbanyak pakan hijauan. “Karena pelet itu kan banyak mengandung amonia. Jadi ampasnya nanti bisa menyebabkan bakteri,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga menyarankan kepada pembudidaya untuk menambah ketinggian kolam. Pasalnya, dengan kedalaman kolam yang ditambah, maka suhu kolam pun bisa relatif lebih stabil. “Selain itu, bisa juga dengan mengurangi kepadatan kolam. Kolam yang terlalu padat akan menyebabkan meningkatnya suhu,” ujarnya.

Terpisah, Jumardi, salah satu pembudidaya ikan asal Jambidan, Kecamatan Banguntapan mengakui, musim kemarau tahun ini, jauh lebih menyulitkan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, selain debit air yang menurun, penyakit pun semakin mengancam.

Untuk tahun ini saja, di triwulan II, diakuinya produksi ikan Gurame yang dikelolanya memang mengalami penurunan sekitar 10% jika dibandingkan dengan triwulan I. “Untuk persisnya, saya belum tahu pasti. Tapi, yang pasti mengalami penurunan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya