SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan Senin (26/9/2022) hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup pada posisi 7.178,58 atau melemah 0,56 persen pada Jumat (23/9/2022) pekan lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan dalam risetnya menjelaskan, IHSG ditutup melemah mengikuti pelemahan bursa saham secara global setelah kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 bps, serta suku bunga BI naik 50 bps kemarin.

“Hal ini mendorong potensi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah dibanding sebelumnya,” jelas Dennies.

Dennies memprediksi IHSG akan menguat pada perdagangan besok. Secara teknikal, candlestick membentuk formasi bearish harami serta tertahan di resistance MA 5 dan MA 20 mengindikasikan potensi pelemahan. Pergerakan akan terbatas di awal pekan melihat stochastic mulai mendekati area oversold.

Baca Juga: Antam dan UBS Stagnan! Simak Harga Emas Pegadaian, 23 September 2022

Selanjutnya, Dennies memperkirakan IHSG bergerak pada level support 7.141 dan 7.158 serta resistance 7.205 dan 7.235. Adapun beberapa saham yang menjadi rekomendasi Dennies untuk perdagangan hari ini adalah WIIM, RALS, dan ADRO.

Sementara itu, Emiten sektor industrial disebut prospektif meski adanya kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen pada September 2022.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kinerja sektor industrial di Indonesia masih cenderung dalam keadaan ekspansif.

Kondisi itu merujuk pada data Global Manufacturing purchasing manager’s index (PMI) yang rata-rata masih berada diatas angka 50. Adapun PMI Indonesia mencapai 51.7 pada bulan Agustus.

Baca Juga: Freeport Indonesia Buka 4 Lowongan Kerja, Penempatan di Jatim

Lebih lanjut, Nafan mengatakan kenaikan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve atau The Fed hingga 75 basis poin memang diluar ekspektasi 25 basis poin. Hal ini lantas menimbulkan dampak shock market pada perdagangan pekan ini.

Efek kejutan tersebut lantas membuat pelemahan kinerja daripada sektor yang selama ini menopang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) termasuk sektor industrial. Namun, Nafan menilai hal ini masih terbilang minor karena pelaku pasar masih menunggu hasil kinerja inflasi Indonesia.

“Minor itu consolidation berarti otomatis saya pikir efek daripada kenaikan suku bunga The Fed dan juga kenaikan suku bunga BI itu insyallah hanya bersifat temporer,” ujar Nafan kepada Bisnis.com dikutip, pada Minggu (25/9/2022).

Baca Juga: Harga Beras Terus Naik, Kemendag Minta Warga Tak Khawatir

Nafal menilai meski terjadi kenaikan inflasi yang terpenting adalah pemerintah dapat menjaga inflasi dalam keadaan stabil.

Secara analisa teknikal, adanya stabilitas inflasi akan membuat sektor industrial dalam kategori uptrend secara jangka panjang. Nafan lantas merekomendasikan accumulate buy pada saham ASII dengan target harga per sahamnya sebesar 7.275 / 7.425 / 7.500 dengan support di level 6.900.

Nafan juga merekomendasikan buy pada saham UNTR dengan target harga per saham sebesar 39.800. Baik ASII maupun UNTR, lanjut dia, memiliki good corporate governance yang bagus. Selain itu, kedua emiten tersebut juga melakukan banyak aksi korporasi.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Solopos.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya