SOLOPOS.COM - Ilustrasi hacker atau peretas. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA-Beberapa waktu lalu peretas atau hacker menyerang perusahaan tambang, Freeport-McMoran, menggunakan rekayasa social (social engineering) dan phising.

Hal tersebut diungkapkan Indonesia Cyber Siber Forum (ICSF). Sektor pertambangan tak luput dari serangan siber karena dianggap sebagai sektor penting.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ketua Indonesia Cyber Siber Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan jika peretas mengincar industri tambang, maka data spesifik yang diincar adalah data geologi terkait cadangan batu-batuan, emas, dan lain sebagainya.

Biasanya modus operandi dari peretas adalah dengan rekayasa sosial dan phising. Alhasil, peretas akan mengirimkan suatu file yang menyerupai dokumen yang sering digunakan sehari-hari.

Lalu, ketika dibuka oleh perusahaan, ternyata file tersebut bohong dan virus masuk ke dalam komputer perusahaan. “Ada juga dalam ransomware yang ketika dia sudah masuk ke dalam sistem, maka di dalam sistemnya dikunci sehingga kita tidak bisa masuk atau mengakses sistem tersebut. Setelah itu mereka meminta tebusan berupa sejumlah uang dan biasanya dalam bentuk Bitcoin,” ujar Ardi kepada Bisnis, Jumat (18/8/2023).

Dia mengatakan umumnya serangan yang pertama atau pun yang terdeteksi merupakan sebuah kamuflase atau pancingan. Hal ini pun dilakukan agar perusahaan lengah dan peretas dapat menjalankan misi sesungguhnya.

“Karena peretas itu saat menyerang tidak pernah menggunakan satu pola. Minimal dia (menjalankan) dua pola. Artinya, yang sekarang mereka lakukan itu kamuflase, padahal mereka sudah mendapatkan data yang mereka perlukan,” ujar Ardi.

Lebih lanjut, Ardi juga mengatakan para peretas sudah mengincar semua sektor tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan semua industri pasti memiliki data yang penting dan menarik tersendiri untuk dijual kembali.

“Jadi peretas (tidak hanya) menyerang industri critical seperti telekomunikasi, kesehatan, listrik. (Tapi) semuanya kena, tidak ada batas. Jadi peretas itu tidak menyerang industri spesifik,” kata Ardi.

Sebelumnya, Freeport-McMoran, salah satu pemegang saham produsen tembaga dan emas terbesar di Indonesia mendapat serangan siber. Pihak Freeport-McMoran, lewat keterangan tertulis, mengakui hal tersebut.  Mereka mengklaim bahwa dampak serangan terhadap sistem informasi dan operasional perusahaan masih relatif minim.

Namun, bila terus berulang, perusahaan tidak menutup kemungkinan bahwa situasi semacam ini bisa berdampak lebih besar. Karenanya, Freeport-McMoran tengah berdiskusi dengan pakar teknologi pihak ketiga dan penegak hukum untuk menentukan sikap selanjutnya. FreeportMc-Moran (FCX) sendiri merupakan salah satu pemegang saham PT Freeport Indonesia (PTFI), produsen tembaga dan emas terbesar di Indonesia.

Saat ini, FCX tercatat memiliki 48,8 persen saham PTFI. Sisa 51,23 persen saham PTFI lainnya dimiliki Pemerintah Indonesia lewat Inalum. Sebagai konteks, ini bukan kali pertama perusahaan atau pihak yang terafiliasi dengan bisnis tambang di dalam negeri mengalami peretasan.

Pada Juli 2022 lalu misalnya, kelompok hacker atau peretas yang menamakan diri Anonymous menyatakan telah meretas lebih dari 600.000 surat elektronik Grup Jhonlin. Tak lama setelah kejadian itu, file berukuran ratusan gigabyte (GB) yang diduga hasil retasan dimaksud, beredar di internet.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Social Engineering Diduga Jadi Modus Peretas Serang Perusahaan Tambang Freeport-McMoran”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya