SOLOPOS.COM - Mila Rosinta Totoatmojo saat menari (IST/dok. Mila Rosinta Totoatmojo)

Perempuan inspiratif kali ini berkecimpung di dunia seni tari.

Harianjogja.com, JOGJA — Mengenal dunia tari sejak usia tujuh tahun membuat sosok Mila Rosinta Totoatmojo, 28, semakin menyatu dengan berbagai seluk beluk seni gerak tersebut. Dari waktu ke waktu Mila terus belajar berbagai hal mengenai tari. Bagi Mila menari adalah caranya berdoa. Hingga kini dengan hati ia menari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perempuan kelahiran Jakarta, 15 Mei 1989 silam ini mulai mengenal tarian lewat salah satu kesenian daerah, yakni seni tradisi tari Bali. Tari Bali menjadi jejak langkah awalnya masuk ke dunia tari setelah sebelumnya ia sempat menjajal berbagai macam hobi dan kesenangan melalui kegiatan kursus seperti berenang, melukis, musik, hingga modelling. Namun dari sekian banyaknya cabang olahraga maupun bidang seni, hatinya masih terpaut pada tari. Hal tersebut semakin dibuktikan dengan kerapnya ia meraih prestasi di berbagai tingkat kota hingga nasional.

Dituntut menjadi seorang penari professional tak mudah dilakoni Mila yang kala itu masih duduk di bangku sekolah  dasar. Kehadiran Guru menari yang cukup keras mengajarkanya berlatih setiap hari membuat ia berpikir ulang untuk melanjutkan peranannya di dunia tari. Namun, usaha keras yang dijalani Mila mulai terlihat memberikan hasil. Saat pertama kali mengikuti lomba ia langsung lolos tingkat nasional. Sejak saat itu dengan sejumlah prestasi yang menyusul dihasilkan, semakin yakin atas peran penari yang ia jalani dalam dirinya.

Mila Rosinta Totoatmojo saat menari (IST/dok. Mila Rosinta Totoatmojo)

Mila Rosinta Totoatmojo saat menari (IST/dok. Mila Rosinta Totoatmojo)

Beranjak sekolah menengah pertama, Mila makin giat berlatih ia juga sudah mulai mencipta sejumlah gerakan tari kreasi, seperti Jaipong salah satunya. Ia juga mulai aktif mengikuti berbagai pentas tari di berbagai kota di Indonesia.

Lama berdomisili di Jakarta, tahun 2004 lalu Mila memilih hijrah ke kota Jogja untuk mempelajari berbagai hal lebih banyak kaitannya dengan tari. Memperdalam keilmuan tentang bagaimana menciptakan tari, memperdalam tradisi Jawa dan belajar tari tradisi Jawa. Tarian Jawa menjadi hal baru bagi Mila. Saat duduk di bangku SMA ia diminta untuk mengikuti pertukaran pelajar ke negeri Jepang, namun dengan syarat mesti mampu menari jawa.

“Waktu itu jelas mengalami perubahan yang signifikan dengan tarian Bali yang memiliki gerakan tegas dan cepat harus mempelajari tari Jawa yang lemah lembut. Selang setahun, akhirnya saya lolos pergi ke Jepang, salah satu negara yang ingin saya kunjungi,” kata Mila saat dijumpai di kediamannya beberapa waktu lalu.

Tahun 2007 Mila sempat dihadapkan pilihan yang cukup sulit baginya. Kala itu ia mulai melangkah ke jenjang perguruan tinggi. Berkat sejumlah portofolio miliknya, ia diterima di sejumlah kampus ternama di Jogja dengan tanpa tes. Melanjutkan Pendidikan ke jurusan Broadcasting sempat menjadi pilihan Mila, mengikuti jejak ibunya yang memiliki sebuah rumah produksi di Jakarta dan Mila ingin melanjutkannya. Namun keinginan untuk tetap pada seni tari menariknya jauh lebih dalam.

Masuk perkuliahan sebagai mahasiswa di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan berlanjut 2011 di Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta mengambil spesialisasi penciptaan seni tari. Sebagai bentuk tanggungjawabnya, selama itu ia berusaha sendiri melalui tari untuk membiayai kuliahnya. Lantas,tahun 2009 Mila bergabung di Tembi Dance Company (TDC) yang kala itu tengah membutuhkan seorang koreografer perempuan. Melalui tahap seleksi dan persaingan dengan ratusan orang pendaftar, Mila berhasil lolos dan belajar banyak tarian baik tradisi, kreasi, ballet, hingga hiphop maupun kontemporer. Baginya, mempelajari semua jenis tarian adalah kunci seorang penari ataupun koreografer yang professional. Dengan begitu ia dapat menempatkan dirinya dimana pun dan kapan pun berada.

“Saya mencoba mempelajari semua tarian yang ada kemudian memecah semua yang telah saya pelajari tersebut untuk menemukan ‘tubuh’ saya sendiri,” terang Mila.

Melalui TDC tersebut, membuatnya mengenal banyak orang, memberikan pengalaman, pengenalan terhadap berbagai macam jenis tari. Sejumlah karya, workshop, dan gelaran festival dihasilkan Mila selama berkarya di TDC dan membawanya mengunjungi sejumlah negara di dunia untuk mempromosikan tarian khas Indonesia.

Saat itu, Mila kerap berlatih di sejumlah panggung terbuka seperti pendopo di kampusnya. Awalnya tak masalah, namun lama kelamaan Mila merasakan bahwa ia memerlukan ruangan khusus sebagai tempat ia berlatih. Mila Art Dance Group terbentuk tahun 2012 silam. Mila berusaha mengumpulkan seniman-seniman perempuan yang memiliki satu visi misi yang sama dan berkarya bersama. Seiringnya, tahun 2015 ia pun membangun Mila Art Dance School dimana masyarakat dapat belajar menari dengan berbagai jenis tarian dan mengadakan berbagai workshop, festival tari, event tari untuk mendekatkan tari dengan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya