SOLOPOS.COM - Ayudya Putri (kiri), Widya Rosena (tengah) dan Juwita Maharani (kanan) tengah menikmati teh Twinigs dalam acara pembukaan gerai Teh Infinitea Tea House by Twinings di Sunan Hotel Solo belum lama ini. (JIBI/Solopos/ Ayu Prawitasari)

Adalah psikolog Austria , Alfred Adler  pada 1929 silam yang menciptakan istilah gaya hidup. Definisi umum untuk istilah ini adalah kebutuhan sekunder manusia yang  bisa terus berubah, tergantung kepada zaman atau keinginan orang itu sendiri.

Nah terkait gaya hidup ini, banyak orang menyebut acara nongkrong di kafe menjadi salah bagiannya.  Ini artinya, duduk sambil mengobrol bersama rekan di kafe menurut kaum urban khususnya para wanita adalah bagian dari gaya hidup modern. Bisa jadi lo, kita disebut bukan mahluk urban apabila tidak mengenal apa itu kafe seperti halnya istilah gaptek pada mereka yang tak begitu melek teknologi.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Malu? Mungkin saja. Tapi ladies, untuk lebih tahu lebih mendalam tentang seberapa penting sih acara nongkrong di kafe bagi kaum urban khususnya para wanita, yuk ikuti penuturan sejumlah wanita ini.

Tiga orang wanita dengan penampilan terkini sengaja memilih tempat duduk paling ujung di salah satu sudut Sunan Hotel Solo. Penampilan ketiganya tergolong trendi, dengan sentuhan topi ala aristokrat Inggris dan busana two pieces yang elegan dan seksi. Siang itu adalah acara pembukaan gerai Teh Infinitea The House By Twinings.

Ayudya Putri, 26 salah satunya. Sesekali, pemilik kafe Mom Milk di Paragon Mall Solo ini mencoba menikmati secangkir teh yang disajikan pramusaji.  Di antara sekian menit yang ia habiskan untuk menikmati teh, tetap saja sebagian besar waktunya di tengah-tengah hingga seusai acara adalah sibuk mengobrol dengan kedua rekannya.

“Hahaha. Ngobrol itu memang jadi agenda wajib ketika nogkrong di kafe. Banyak sih yang diobrolkan. Mulai dari obrolan ringan kalau yang menemani saya itu teman-teman main. Atau obrolan serius kalau yang menemani saya rekan kerja alias konsumen potensial. Cerita nih memang kerja dan kerja,” ujar Ayu sambil tersenyum belum lama ini.

Di antara sekian banyak tempat makan, menurut Ayu, kafe merupakan lokasi paling pas untuk menghabiskan waktu bersama rekan-rekannya. Entah itu untuk acara serius atau untuk sekedar relaksasi. Suasana kafe yang pada umumnya nyaman, jauh dari kesan sebagai tempat yang khusus untuk makan menjadi alasan. Dibandingkan restoran yang dari awal memang ditujukan untuk tempat makan alias harus segara pergi apabila hidangan telah habis tak tersisa, kafe sebaliknya sangat mendukung pengunjung betah berada di dalam.

“Sebagai seorang wiraswasta, di hidup saya tidak kenal yang namanya office hour. Bagi saya pagi, siang, sore, malam itu ya kerja. Mau bagaimana lagi. kalau tidak begini, ya tidak dapat rezeki,” tambah dia lagi.

Begitu rajinnya datang ke kafe hingga menurut Ayu pada saat jam istirahat pun khususnya ketika kafenya sendiri sudah tutup, jam istirahat pun digunakannya untuk mengunjungi kafe-kafe yang tersebar di Kota Bengawan. Yang dia cari adalah suasana rileks bersama rekan-rekan seprofesi. Dengan berkumpul bersama teman, dia mengaku, pikirannya bisa menjadi tenang.

Hal senada disampaikan Widya Rosena, 24 seorang pemilik Event Organizer, Obong. Menurutnya, nongkrong di kafe saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup kaum urban. Jadi rasanya aneh sekali apabila agenda nongkrong di kafe dihapuskan dari agendanya.
“Nongkrong di kafe menurut saya bukan kebutuhan apalagi kewajiban.
Tapi lebih ke gaya hidup. Jadi bagaimana ya? Rasanya ada yang kurang kalau kita tidak pergi ke kafe. Tapi sebenarnya tidak pergi pun tidak apa-apa,”jelasnya.

Sebagai seorang pengusaha, menurut Widya, kafe adalah tempat paling potensial untuk menambah jaringan sekaligus menggaet calon pelanggan. “Memperluas jejaring bagi kami itu kan wajib. Jadi ya agak aneh kalau tidak rajin nongkrong di kafe. Hahaha. Nah, efeknya itu karena sering ke kafe akhirnya jadi semacam keenakan. Mau acara serius atau santai yang kemudian menjadi serius, semua sering dilakukan di kafe,” tuturnya.

Pengusaha sepatu lokal, Juwita Maharani, 22 mengungkapkan, cara dia bekerja lain dengan cara bekerja wanita-wanita kantoran yang terkesan serius. Oleh sebab itu, nongkrong di kafe pun kerap dianggap bekerja karena sangat potensial menambah jejaring.

“Biasanya itu ketika bertemu teman di kafe, yang niatnya mau santai seketika bisa berubah menjadi serius. Soalnya, tiba-tiba teman saya itu mengajak teman yang ternyata tertarik dengan sepatu produksi saya. Rezeki deh,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya