SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemacetan Jogja (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA—Pembangunan jalan layang (fly over) di perempatan Gondomanan, Jogja mendesak dilakukan karena arus lalu lintas di perempatan itu kian padat terutama di musim lliburan.

Data yang ada di Dinas Perhubungan Kota Jogja mencatat saat ini ada 60 simpang jalan dan setengahnya berpotensi macet. Bahkan, saat musim liburan ruas jalan tersebut telah melebihi batas ideal V/C (volume dibagi kapasitas jalan).

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

“Di perempatan Jetis, Gondomanan dan Ngabean rasionya mencapai 0,7. Belum di Jalan Malioboro,” ujar Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dishub Kota Jogja Eka Rahmawati Kamis (16/1/2014).

Menurut dia, dengan besaran rasio itu, maka pada saat waktu-waktu tertentu kondisi lalu lintas bisa stagnan. Untuk bisa mengatasi kemacetan yang ada, sejauh ini Dinas Perhubungan Kota Jogja bekerja sama dengan Dinas Perhubungan DIY hanya bisa menerapkan pengaturan lalu lintas.  “Jika jadi dibangun fly over, tentu akan memberi banyak manfaat, terutama untuk mengurai kemacetan,” lanjut dia.

Menurut dia, sampai saat ini pihaknya belum mendapat kejelasan apakah di perempatan itu akan dibangun fly over atau rekayasa pemecah kemacetan lain.
Camat Gondomanan Agus Arif juga berharap proyek tersebut bisa direalisasikan dalam waktu dekat.  Dia menambahkan, selain di perempatan Gondomanan, pihaknya mencatat di wilayahnya terdapat beberapa ruas jalan yang selalu mengalami penumpukan kendaraan seperti di sepanjang jalan Ibu Ruswo dan di Jalan Brigjen Katamso.

Dinas Pekerjaan Umum DIY sebelumnya mengaku telah mendapat kabar adanya rencana pembangunan jalan layang di DIY sebagai proyek nasional. Namun jalan layang yang rencananya dibangun itu bukan di tengah kota melainkan di perempatan ringroad Jalan Kaliurang (Jakal) dan Gejayan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DIY Rani Sjamsinarsi mengatakan, Pemerintah Pusat saat ini baru melakukan kajian studi kelayakan mengenai pemecah kemacetan di dua titik jalan nasional tersebut. Tapi menurut Rani baru dua fly over di jalan nasional yang kini memasuki tahap studi kelayakan. Pemda DIY juga tidak menganggarkan  pembangunan fly over di perempatan kota terpadat tersebut.

Seharusnya, menurut dia, pembangunan infrastruktur kota didahului dengan rekayasa lalu lintas. Sehingga penambahan sarana dan prasarana jalan itu justru tidak jadi bumerang semakin menjamurnya jumlah kendaraan di DIY karena dimanjakan fasilitas penunjang berupa jalan.
Di sisi lain, lahan di DIY juga terbatas untuk dialihfungsikan sebagai jalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya