SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Kasus perdagangan manusia atau yang populer dengan istilah human trafficking di Kabupaten Karanganyar kian meningkat dalam setahun terakhir.

Sebagian besar korbannya merupakan anak-anak di bawah umur yang dipekerjakan sebagai tenaga kasar di luar negeri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Koordinator Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Yayasan Social Analysis and Research Institute (SARI), Mulyadi, mengatakan sedikitnya terjadi 10 kasus human trafficking di Karanganyar dalam dua bulan terakhir.
Mayoritas korban perdagangan manusia tersebut berasal dari daerah miskin di Bumi Intan Pari, seperti Kerjo, Mojogedang, dan Kebakkramat.

Ekspedisi Mudik 2024

“Itu kasus yang sudah terdata dan kami dampingi. Saya rasa masih banyak lagi kasus human trafficking yang belum terdata,” ungkap dia saat dijumpai Solopos.com dalam Workshop Peningkatan Peran Organisasi Kepemudaan tentang Partisipasi Pencegahan Bahaya Perdagangan Perempuan dan Anak di sebuah rumah makan di Karangpandan, Karanganyar, Jumat (13/9/2013).

Sebagian besar korban human trafficking merupakan anak-anak di bawah umur yang dipekerjakan ke luar negeri secara sembunyi-sembunyi dan tanpa sepengetahuan pemerintah daerah. Biasanya, para agen “nakal” penyalur TKI mendatangi desa-desa yang mayoritas penduduknya berada di bawah garis kemiskinan. Sasaran utama mereka adalah remaja tamatan SMP yang kesulitan mencari kerja.

Guna memuluskan aksinya, agen penyalur TKI bahkan berani memalsukan identitas diri anak di bawah umur yang tergiur memperoleh penghidupan lebih baik di negeri orang.

“Dalam dokumen imigrasi, usia mereka sengaja dituakan, misalkan 17 tahun menjadi 23 tahun. Mereka di bawa keluar negeri di janjikan mendapat pekerjaan dengan gaji menarik, tapi ternyata pekerjaannya tidak jelas, bahkan tidak digaji,” terang Mulyono.

Selain dipekerjakan sebagai buruh dan pembantu rumah tangga, terdapat beberapa perempuan yang dipaksa menjadi pekerja seks komersial.

“Ada juga kasus anak-anak yang dijadikan pekerja seks, baik di luar negeri maupun di dalam negeri,” imbuhnya.

Menurut Mulyono, mayoritas masyarakat masih meminati pekerjaan di luar negeri lantaran tingginya angka kemiskinan serta pengangguran. Selain itu, upah buruh di Karanganyar tergolong sangat rendah, sehingga masyarakat lebih tertarik bekerja di luar negeri untuk mencari penghasilan lebih besar.

Lebih lanjut, Mulyono menilai kebijakan Pemkab Karanganyar melarang warganya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri justru membuat kasus human trafficking kian meroket. Pasalnya, masyarakat berpendidikan rendah justru menjadi lebih nekat menggunakan jasa agen penyalur TKI ilegal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya