SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Pekerja melakukan proses pengepakan mebel yang siap dikirim ke luar negeri disalahsatu gudang eksportir mebel dan hadycraft Luwang, Gatak, Sukoharjo, Jumat (19/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Pekerja melakukan proses pengepakan mebel yang siap dikirim ke luar negeri disalahsatu gudang eksportir mebel dan hadycraft Luwang, Gatak, Sukoharjo, Jumat (19/4/2013). (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, SOLO — Realisasi ekspor Soloraya per September 2013 cenderung stagnan jika dibanding periode yang sama tahun lalu.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Dari data yang diperoleh Solopos.com dari surat keterangan asal (SKA) yang diterbitkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Solo, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, ekspor di Soloraya secara umum belum mengalami kenaikan yang signifikan, bahkan volumenya cenderung turun.

Total, per September 2013 ekspor Soloraya berada di angka 8,83 juta kilogram dengan nilai ekspor mencapai US$35,29 juta. Sementara per September 2012 volume ekspor mencapai 8,99 juta kilogram dengan nilai ekspor US$35,27 juta.

Yang cukup menjadi sorotan, ekspor mebel masih menunjukkan tren penurunan. Bahkan, ekspor mebel kayu dari Kota Solo, nihil. Hanya mebel kayu dari daerah yang masih mampu ekspor.

Kasi Perdagangan Luar Negeri Disperindag Solo, Endang K Maharani, menyebutkan realisasi ekspor mebel mulai dari mebel rotan hingga mebel kayu di wilayah Soloraya per September 2013 berkisar 728.291,34 kilogram dengan nilai hanya US$2,139 juta. Angka ini merosot tajam dari periode yang sama tahun lalu. September 2012 ekspor mebel Soloraya mencapai 925.024 kilogram dengan nilai ekpsor US$2,47 juta.

“Jadi turun sekitar 14%,” kata Endang.

Dia menyebutkan ekspor mebel kayu khususnya dari Kota Solo nihil pada September kemarin. “Tetapi kalau dibandingkan periode Agustus, ekspor kita secara umum mulai mengalami sedikit peningkatan.”

Berbeda dengan mebel, ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) sedikit mampu menghambat laju penurunan kinerja ekspor di Soloraya. Karena diakui sejumlah pengusaha, kinerja tekstil masih menunjukkan tren pertumbuhan positif.

Krisis ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang berkepanjangan bahkan agenda shut down pemerintahan di AS tidak berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor tekstil. Ekspor tekstil masih bisa mengalami pertumbuhan, karena TPT Solo punya pasar yang luas tidak hanya ke AS.

Pejabat Humas Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Liliek Setiawan, saat ditemui Solopos.com, Kamis (10/10/2013), menyampaikan kinerja ekspor TPT yang cukup baik menunjukkan tekstil bukanlah sunset industry. Hanya saja, industri tekstil masih menghadapi tantangan berat karena untuk bisa ekspor ke AS, industri masih kena pajak 20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya