SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Di minggu ini kita melewati dua hari besar bagi bangsa Indonesia. Dua hari besar itu yaitu Hari Ulang Tahun ke-67 Kemerdekaan RI dan juga Hari Raya Idulfitri. Untuk menolong kita mendekati dua hari tersebut, marilah kita melihat dengan terang Hari Raya Pondok Daun.

Hari Raya Pondok Daun diadakan setiap tahun sekali, itu seperti pesta, semacam pesta kebun. Semua orang harus meninggalkan rumah yang nyaman dan harus  tinggal di pekarangan dan tepi-tepi jalan, tinggal di pondok kecil yang terbuat dari cabang serta daun.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Semua orang bersama dengan seluruh penduduk satu bangsa harus tinggal  di pondok itu selama tujuh hari. (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, hal 367). Itulah penjelasan singkat tentang Hari Raya Pondok Daun. Kali ini kita akan merenungkan tentang isi dari hari raya yang dilakukan  di masa pesta panen.

Kitab Nehemia menolong kita mengetahui apa isi yang selalu diingatkan dalam pesta raya tersebut. “Hanya Engkau adalah Tuhan! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepada-Mu.

Engkaulah Tuhan, Allah yang telah memilih Abram dan membawanya keluar dari Ur-Kasdim dan memberikan kepadanya nama Abraham. Engkau dapati bahwa hatinya setia terhadap-Mu dan Engkau mengikat perjanjian dengan dia untuk memberikan tanah orang Kanaan, tanah orang Het, tanah orang Amori, tanah orang Feris, tanah orang Yebus dan tanah orang Girgasi kepada keturunannya.

Dan Engkau telah menepati janji-Mu, karena Engkau benar.Engkau melihat sengsara nenek moyang kami di Mesir dan mendengar teriakan mereka di tepi Laut Teberau.Engkau telah memperlihatkan tanda-tanda dan mujizat-mujizat di depan Firaun dan semua pegawainya serta seluruh rakyat negerinya, karena Engkau mengetahui mereka bertindak angkuh terhadap nenek moyang kami.

Dengan demikian Engkau telah memasyhurkan nama-Mu sebagaimana nyata hari ini. Di hadapan mereka Engkau membelah laut, sehingga mereka dapat menyeberang melalui tempat yang kering di tengah-tengah laut. Tetapi pengejar-pengejar mereka telah Kau campakkan ke air yang dalam, seperti batu ke air yang dahsyat.

Dengan tiang awan Engkau memimpin mereka pada siang hari dan dengan tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui. Engkau telah turun ke atas gunung Sinai dan berbicara dengan mereka dari langit dan memberikan mereka peraturan-peraturan yang adil, hukum-hukum yang benar serta ketetapan-ketetapan dan perintah-perintah yang baik.

Juga Kauberitahukan kepada mereka sabat-Mu yang kudus dan memberikan kepada mereka perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan hukum-Mu dengan perantaraan Musa, hamba-Mu.

Telah Kauberikan kepada mereka roti dari langit untuk menghilangkan lapar dan air Kaukeluarkan bagi mereka dari gunung batu untuk melepaskan dahaga. Pula Engkau menyuruh mereka memasuki dan menduduki negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kaujanjikan memberikannya kepada mereka.”

Melihat kemerdekaan bangsa kita, patut kita bersyukur karena kita boleh menikmati masa kemerdekaan. Setiap kali kita mengenang kemerdekaan, kita juga patut mengenang kembali akan penderitan orang-orang yang harus kerja paksa membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan, mengenang kembali Romusha.

Mengenang kembali banyak ibu yang menangis melihat anaknya tertembak peluru dan serpihan bom. Mengerang, meregang nyawa dipangkuan sang ibu yang sebenarnya sedia mengantikan posisinya untuk mati.

Mengenang kembali para gadis yang menanggungg lara akan penderitaan sesualitas karena menjadi korban dan pelampiasan nafsu tentara, serta mengenang begitu banya sumber air mata yang terlalu kering untuk meneteskan air derita.

Sekarang kita bisa berjalan dengan aman, menaiki kendaraan tanpa was-was terhadap sepihan bom dari pesawat. Mengenang semuanya itu membuat kita patut menyukuri keadaan kita.

Namun Hari Raya Pondok Daun di Kitab Nehemia tidalah berhenti dikenangan masa lalu saja, melainkan semua itu mengajak kita untuk berkarya diwaktu yang sekarang. Apa yang sedang kita hadapi sekarang bukanlah masalah ringan. Kita sedang berhadapan dengan kenikmatan dunia sebagai raja segala-galanya dan hal itulah yang membuat senapan-senapan baru bagi matinya kemanusiaan.

Cinta akan uang dapat membuat orang menjual saudara sebangsa sebagai barang dagangan. Kekayaan pribadi dan keluarga dapat menjadi hasrat yang menghalalkan cara manipulasi dan korupsi. Perang yang semakin mengerikan karena sebuah perusahaan multinasional memiliki kekayaan lebih besar dari pada satu bangsa dan membayar buruh dengan sangat murah. Sebuah kondisi yang menciptakan: keuangan yang maha kuasa, kemanusiaan yang tidak adil dan tidak beradab, memecah persatuan indonesia, kemanusiaan yang dipimpin tanpa hikmat kebijaksanaan, dan ketidakadilan kesejahteraan.

Dalam keadaan seperti inilah kita dipanggil untuk berkarya dan Nehemia menolong kita untuk memberikan jalan bagi apa yang bisa kita lakukan. Ia mengamati seluruh tembok, mengamati dimanakah bagian yang rusak, seberapa parahkan kerusakan itu dan bagaimana ia mengajak bangsanya untuk membangun bersama.

Semuanya itu dapat dilakukan karena ia memiliki stempel raja yang tinggal di Puri Susan. Mari kita menyiapkan generasi yang sampai pada puncak karyanya, sampai pada Puri Susan mereka masing-masing. Ajarilah anak-anak kita dengan hidup takut akan Tuhan. Semuanya itu mungkin jika kita menyiapkan pendidikan dan kesempatan pendidikan yang tinggi untuk anak-anak kita.

Hal kedua yang kita mau bicarakan adalah soal Hari Raya Idulfitri. Hiruk pikuk setiap tahun berkaitan dengan hari raya ini adalah mudik atau pulang kampung. Pulang kampung tidak hanya dilakukan oleh teman-teman yang merayakan Idul Fitri, aktivitas tahunan ini juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak merayakan hari Kemenangan. Pulang kampung tetap menjadi bagian hidup yang akan terus terjiwai dan tersemangati oleh semua orang baik yang merayakan Idul Fitri maupun yang tidak merayakannya. Pulang kampung menolong kita untuk mengetahui asal usul kita, menceriterkan kembali akan makna perjuangan dan siapa kita kepada generasi yang baru. Dengan mengenang kembali akan siapa kita dimasa lalu maka kita akan bisa menyukuri keadaan kita yang sekarang.

Membaca paragraf diatas membuat pikiranku menembus tapal batas waktu, memutar kembali saat-saat begitu malas dan sulit menyelesaikan tugas akhir kuliah. Waktunya pulang karena jatah bulanan telah habis dan setiap kali menyaksikan orang tua yang kulitnya semakin keriput dan menghitam karena panasnya surya membuatku memiliki energi baru untuk menyelesaikan kuliah. Sungguh pulang kampung membuat kita menyukuri hidup sekarang dan menyemangati berkarya bagi masa depan. Bukankan ini adalah Hari Raya Pondok Daun.

Selamat memasuki pondok dari daun untuk mengenang dan besyukur serta untuk mengingat akan perjuanan dan karya bagi masa depan. Selamat HUT ke-67 RI dan Selamat Hari Raya Idulfitri bagi teman-teman yang baragama muslim.

Pdt Sundoyo

GKJ Brayat Kinasih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya