SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Orang yang tak dapat mengendalikan diri seperti kota yang roboh.” (Amsal 25: 28)

Pengendalian diri sangat diperlukan dimanapun kita berada, dan berlaku untuk siapa saja. Untuk memperoleh hal pengendalian diri memang tak mudah ibarat membalik telapak tangan.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Pengendalian diri merupakan perpaduan antara psikologis dan kerohanian seseorang. Pengendalian diri dapat dikatakan “pakaian” umat Tuhan yang percaya kepada-Nya.

Wujud atau bentuk dari pengendalian diri juga dapat terlihat, bagaimana pendekatan kita dengan Sang Pencipta. Pemazmur Daud mengatakan: “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatan.”

Dekat dengan Tuhan kunci utama dalam hal pengendalian diri, sebab dengan dekat dan akrab dengan Tuhan pasti disana ada perasaan takut akan Tuhan, takut berbuat jahat, tidak ada kebencian, tidak ada permusuhan, yang ada adalah cinta kasih.

Rasul Paulus menuliskan Surat kirimannya kepada jemaat di Roma, agar mereka hidup didalam Roh. Untuk hidup dalam pimpinan Tuhan. Untuk hidup dalam kebenaran, hidup yang dikuasai Roh Kudus. Paulus memberikan perbedaan antara hidup dalam Roh dan hidup dalam kedagingan.

Hidup kedagingan artinya hidup yang dikuasai hawa nafsu dunia, pesta pora, perzinahan, kemabukan, kejahatan. Hidup yang dikuasai iblis. Sedang hidup didalam Roh adalah hidup yang telah dibaharui yaitu hidup yang diwarnai dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri.

Itulah indahnya bila kita hidup didalam Roh Kudus. Namun itu semua menjadi pembelajaran bagi kita, bahwa pengendalian diri punya arti penting dalam rangka memelihara kerukunan, perdamaian dalam pigura bangsa yang heteroginitas ini.

Saudaraku, Salomo anak dari Daud terkenal dengan banyak menuliskan, Amsal-amsal tentang hikmat dan didikan Tuhan. “Kita dapat membayangkan bagaimana situasi dan kondisi kota yang diakibatkan suatu bencana (gempa bumi, kebakaran).

Sabtu 27 Mei 2006, penulis menyaksikan sendiri bagaimana keadaan pasar Piyungan Bantul Jogja. Akibat gempa di hari Sabtu pagi itu. Bangunan pasar rata tanah, ada satu dua yang masih berdiri. Begitu dahsyatnya. Tinggal puing-puing berserakan. Itulah suatu penggambaran, bila seseorang tak dapat mengendalikan diri (marah penuh emosi, kemarahan yang, menyeramkan) akan terlihat betapa buruknya pribadinya, wajahnya, harga dirinya, nilai-nilai yang semula baik hilang dalam sekejap.

Apakah manfaatnya semuanya itu? Menurut Smith dan Petty (1995) orang yang punya harga diri baik, ternyata lebih sanggup menjaga mood yang positif. Sebagai umat yang percaya, harga diri begitu tinggi nilainya. Lebih mahal dari harta sekalipun. Mood yang membangun. Mood yang dapat mengendalikan diri dan bukan dikendalikan oleh apapun.

Melihat fenomena yang terjadi, seperti tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar desa, tawuran antar suku, sungguh memprihatinkan, pada hal kita telah enam puluh tujuh tahun merdeka. Apakah kita akan kembali ke zaman penjajahan dulu?

Kadang penyebab konflik mungkin dapat diatasi dengan baik-baik, dengan kepala dingin, dengan bijak, dengan damai. Kita ikut berdoa untuk kedamaian dan kesatuan bangsa dalam bingkai ke Bhinekaan ini. Tanpa ada pengendalian diri, iblis ikut bekerja, untuk menyulut api permusuhan, bara api kebencian, fitnah dendam dan tentu itu semua tidak kita harapkan.

Yakobus selaku hamba Allah mengingatkan: “Iman tanpa perbuatan adalah mati.”, sebab itu Firman Tuhan tidak hanya dibaca, direnungkan, didengar namun untuk dilaksanakan dalam hidup ini.

Dalam menghadapi  tantangan atau permasalahan baik dari dalam (pribadi) maupun dari luar yang mungkin mendatangkan emosi atau kemarahan, fitnahan, kebencian, dendam. Sebagai perenungansebaiknya kita menghadapinya dengan tenang, sebab dengan tenang kita dapat berpikir jernih. Kita masuk dalam doa agar Tuhan emmberi petunjuk dan solusinya.

Selanjutnya dalam saat menghadapi tantangan atau permasalahan marilah kita padukan Firman Tuhan yang pernah kita baca dan dengar. Renungkanlah, relevansikan  antara Firman Tuhan dan Iman. Dengan menghadirkan firman-Nya maka kita akan memperoleh ketenangan atau damai dan menguatkan iman percaya kita.

Selain doa, kita mohon tuntunan Roh Kudus agar bekerja dan campur tangan, maka disana pasti akan ada peredaman yang semula panas akan menurun hingga muncul kendali diri. Masih adakah kendali diri, jawabannya masih ada, dan tergantung kita.

Hidup tanpa kendali adalah hidup yang tanpa arah, hidup dalam kekacauan. Sebagai orang  percaya, penulis yakin kita dapat mengendalikan diri (menguasai diri). Di mulai dalam mengendalikan diri sendiri, lalu mengendalikan diri dalam keluarga, masyarakat, dalam pekerjaan.

Kita tak dikendalikan oleh situasi yang dapat membuat kita tergelincir dalam dosa, namun kita mampu mengendalikan diri demi terwujudnya keselamatan dan damai sejahtera. Berbahagialah orang-orang yang mampu mengendalikan diri!

 

Yotham Sungkono Harjo

Guru Katekisasi GKJ Minomartani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya