SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah

Om Swastyastu 

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Hindu menyebut Maha Pralaya sebagai hari kiamat,  berkaitan erat dengan evolusi unsur bumi yang disebut Yuga. Kosmologi Hindu, mengatakan alam semesta dibangun dari lima unsur, yang disebut dengan Panca Maha Bhuta. Yakni: Pertiwi (zat padat),  Apah (zat cair), Teja (plasma, api), Bayu (zat gas, udara), dan Akasa (ether).

Menurut kitab Purana dan Upanisad, Panca maha Bhuta, berbentuk paramanu, atau benih yang lebih halus dari atom. Saat kehampaan, masing-masing zat mendominasi alam yang tersusun, misalnya unsur teja mendominasi pertiwi dan apah. Demikianlah Brahman menciptakan alam semesta. Brahman menciptakan alam semesta melalui tapa. Tapa memancarkan panas. Saat penciptaan dan setelah alam semesta tercipta, Brahman menyatukan kedalam ciptaanNya.

Setelah menciptakan, ke dalam ciptaanNya Tuhan menjadi  satu (Taitriya upanisad). Awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda (telur Tuhan). Pada saat yang sama juga terbentuk purusa (kekuatan kejiwaan) dan pradhana (kekuatan kebendaan). Pertemua dua kekuatan ini mengakibatkan terciptanya alam semesta secara berangsur-angsur. Mula-mula munculah citta (alam pikiran) yang mulai dipengaruhi oleh sattwam, rajas dan tamas. Tahap selanjutnya terbentuklah Triantahkarana, yang terdiri dari Budhi (naluri pengenal), Manah (alam pikiran dan perasaan); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya munculah panca buddhindria dan panca karmendria yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Dasendria berevolusi menjadi Panca Tanmatra: lima benih unsur alam yang sangat halus, tidak berukuran, terdiri dari: Sabda Tanmatra (benih suara), Rupa Tanmatra (benih penglihatan), Rasa Tanmatra (benih perasa), Gandha Tanmatra (benih penciuman) dan Sparsa Tanmatra (benih peraba).

Benih zat itulah kemudian berevolusi menjadi benda nyata yang disebut Panca Maha Bhuta berbentuk paramanu (lebih halus dari atom), sehingga terjadilah alam semesta yang terdiri dari matahari, bulan, bintang, bumi, dan  planet lainnya.

Dunia yang tercipta pada saat penciptaan (srsti) bersifat kekal abadi karena diciptakan diriNya sendiri seperti dinyatakan dalam kitab upanisad: “Purnamadah purnamidam, purnat purnam udayate, purnasya purnamadaya, purnam eva awacisyate.” Tuhan itu maha sempurna, alam semesta inipun sempurna, dan dari yang sempurna lahirlah yang sempurna, walaupun dari yang sempurna (Tuhan) diambil oleh yang sempurna (alam semesta) tetapi sisanya (Tuhan) tetap sempurna adanya. Sloka ini menunjukkan bahwa alam diciptakan dan akan kembali kepadaNya. Saat itulah terjadi Maha Pralaya (Kiamat). Ibarat laba-laba membentuk jaringan dari badannya dan saat maha pralaya (urna nabhawat) benang akan ditarik lagi kedalam dirinya. Jadi maha pralaya akan terjadi dalam satu siklus yang sangat panjang dan rumit. Karena Maha Pralaya berhubungan dengan siklus waktu yang disebut yuga, kalpa, manwantara menuju Maha Pralaya.

Bahwa alam semesta diciptakan, dimusnakahkan, dan diciptakan kembali menurut siklus yang berputar abadi. Siklus ini dinamakan Kalpa (seribu yuga). Satu Kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun bagi manusia, atau sama dengan satu hari Brahma. Kosmologi Hindu, mengatakan alam semesta berlangsuang satu kalpa, setelah itu dihancurkan oleh unsur api dan air. Lalu Brahman beristrirahat semalam. Proses itu disebut Maha Pralaya (katalismik) dan berulang-ulang selama seratus tahun bagi Brahman (311 triliun tahun bagi manusia). Alam semesta sedang berada di tahun ke 51 Brahma atau 155 triliun tahun setelah Brahma lahir. Setelah Brahma melewati usia yang ke-100,  siklus yang baru dimulai lagi, segala ciptaan yang dimusnahkan diciptakan  kembali, begitu seterusnya. Setiap satu siklus dsebut dengan Maha Yuga. Yuga terdiri dari empat bagian, tiap bagian  memiliki karakter berbeda-beda. Maha Yuga memiliki 71 siklus,  tiap siklus terdiri dari 14 Manwantara (1.000) tahun.

Maha yuga diawali dengan zaman keemasan disebut dengan Satyayuga, di akhiri dengan zaman kegelapan yang disebut dengan Kali Yuga. Kali Yuga berakhir, zaman baru akan muncul, manusia-manusia jahat sudah dibinasakan sebelumnya untuk mulai kehidupan baru yang lebih damai. Itu siklus Satya Yuga menuju Kali Yuga, dan Kaliyuga kembali ke zaman Satyayuga. Seperti musim panas kemusin dingin dan sebaliknya, terus menerus. Setelah 14 Manwantara berlangsung, disebut satu periode Kalpa. Saat perioda ini, alam semesta lebur yang disebut dengan Maha Pralaya. Pralaya adalah sinonim dari Samhara, satu dari lima (5) fungsi Siwa yang berarti berakhir menyerap kembali alam di akhir zaman.

Menurut Wisnu Purana dan Agni Purana, ada empat jenis pralaya: Pratika Pralaya, yaitu pralaya secara total setelah Manwantara ke-14. Alam semesta beserta isinya, kembali kepada Brahman dalam waktu satu malam  Brahman. Selanjutnya akan terjadi penciptaan lagi dengan Manwantara pertama.  Pratika Pralaya inilah yang mungkin identik dengan konsep kiamat menurut kepercayaan yang lainnya. Naimitika Pralaya, yaitu pralaya yang menjadi dalam satu periode manu. Terbatas dalam setiap akhir manwantara. Ini artinya akan terjadi 14 kali Naimitika Pralaya atau kiamat terbatas dan kehancuran alam semesta secara terbatas. Atyanika Pralaya, yaitu pralaya yang disebabkan oleh kemampuan spiritualnya melalui suatu pemberdayaan yang amat kuat sehingga seluruh dirinya masuk secara utuh lahir batin kepada Brahman. Nitya Pralaya, yaitu proses kematian setiap saat semua mahluk hidup.bahkan dalam diri kita pun ada sel tubuh pralaya dan diganti dengan sel tubuh yang baru. Sel tubuh manusia mengalami proses pralaya Utpeti (penciptaan), Sthiti (pemeliharaan), dan pralina (peleburan) setiap saat. Diantara itu, ada Yuga Pralaya, di akhir Maha Yuga, pada saat itu terjadi banyak  kematian (misalnya akibat perang atau karena bencana alam).

Pralaya dalam filsafat Samkya berarti ‘ kosong’ tiada apapun, keadaan yang dicapai  ketiga Tri Guna  (satwam, rajas dan tamas) berada pada kondisi yang seimbang. Maha Pralaya adalah suatu proses alamiah yang dikehandaki Brahman, digambarkan sebagai Maha Kriya sekaligus Maha Kuasa. Sebelum Maha Pralaya terjadi, apa bila awidya (kegelapan) mengakibatkan manusia mengalami kesengsaraan, maka Brahman muncul berwujud awatara. Dalam Bhagawad Gita dinyatakan 10 awatara.

Maha Pralaya merupakan periode obserervasi atau istirahat planet, kosmik, alam, merupakan masa manifestasi yang dikembalikan lagi oleh Manwantara. Segala yang diciptakan akan kembali menyatu dengan Tuhan. Maha Pralaya bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, tetapi suatu kejadian yang menyenangkan (santa) karena pada saat itu, segala wujud yang berasal dari Brahman kembali kepada Brahman.

Om Santi Santi Santi Om

I Nyoman Warta

Penyuluh Agama Hindu

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya