SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Om swastiastu. Om namo Bhagawate Wasudewaya.

Ananyas cintayanto mam  ye janah pasyupasate

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Tesam nityabhiyuktanam yoga-ksemam vahamy aham

“Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku—Aku bawakan apa yang dibutuhkannya dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.”

Kalau kita baca dan pahami benang merah sloka di atas, kita tidak perlu ragu dan khawatir akan segala hal yang telah kita miliki, karena pasti akan menjadi milik kita, dan juga tidak perlu pusing dengan apa yang kita inginkan, Tuhan pasti akan membawakannya. Kok bisa? Bagaimana mungkin?

Sebagian besar dari kita sering mendengar nasihat dari “seseorang” yang kita anggap mumpuni agar kita sukses, memiliki apa yang ada di otak kita, atau bahkan begitu ketemu sama orang lain dan tanpa disadari karena kita ingin seperti orang itu dan meminta menceritakan rahasia kesuksesannya—kita akan diminta serahkan semua pada Tuhan…..terus— Tuhan itu siapa? Apa Beliau pembantu kita sehingga kita “seenaknya” memerintah Tuhan untuk membawakan apa pun yang kita inginkan?

Ada kisah mengenai Brahmana yang mempelajari Bhagawad Gita secara teratur. Ia miskin dan tinggal bersama istrinya. Sehabis mempelajari Bhagawad Gita setiap hari, ia pergi mengemis dan dengan cara demikianlah ia menghidupi diri dan istrinya. Pada suatu hari, saat membaca Bhagawad Gita, ia sampai pada sloka dalam Bab Sembilan dimana Sri Krishna bersabda, yoga ksema vahamy aham. “ Aku Sendiri akan membawakan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada penyembah-Ku… lengkapnya adalah sloka di atas.

Ketika membaca sloka itu, ia bimbang dan ragu lalu berpikir,”Bagaimana mungkin Bhagawan Sendiri membawakan dan memenuhi kebutuhan penyembah-Nya Bhagawan mungkin saja memerintahkan seseorang untuk membawakan kebutuhan para penyembah, misalnya dengan memberikan derma. Tapi, pernyataan Bhagawan sendiri mengantarkan kebutuhan itu rasanya tidaklah mungkin terjadi.”

Berkali-kali membaca serta mencermati sloka itu, sang Brahmana tidak bisa mempercayainya sehingga ia mencoret melintang sloka itu dengan tinta merah sebab dipikirnya itu adalah sebuah kesalahan. Setelah itu, ia lalu pergi mengemis.

Pada hari itu, semua orang menolak memberinya sedekah apapun.

Sementara itu, sesosok anak muda tiba di depan rumahnya dan mengetuk pintu. Istri Brahmana itu membukakan pintu dan kaget ada anak muda memanggul bungkusan besar di punggungnya. Bungkusan itu berisi berbagai jenis bahan pangan dan peralatan memasak. Anak itu mengaku sebagai murid sang Brahmana dan telah mengirim dia untuk mengantarkan bungkusan ini ke rumahnya. Istri Brahmana yang sedang terheran-heran menyampaikan kepada sang anak suaminya tidak memiliki murid, sehingga mustahil suaminya menyuruhnya membawakan semua benda itu. Tapi anak itu berkeras sang Brahmana adalah gurunya dan telah menyuruh dia untuk mengantarkan benda-benda ini ke rumahnya.

Anak itu lebih lanjut menyampaikan sang Brahmana tidak puas terhadap dirinya karena berjalan terlalu lambat memanggul beban sehingga Brahmana lalu memukuli dan mencakar punggungnya. Kemudian anak itu mengangkat bajunya untuk memperlihatkan kepada sang istri Brahmana  bekas-bekas goresan di punggungnya. Istri Brahmana itu kaget sekali mendengar suaminya bisa menjadi demikian kejam sampai memukuli seorang pemuda belia yang sedemikian tampan. Ia menyuruh anak itu masuk ke dalam rumahnya agar dia dapat memasak sesuatu dan memberinya prasada (makanan yang sudah dipersembahkan kepada Tuhan).

Belakangan, di hari yang sama, sang Brahmana pulang ke rumah dari usahanya mengemis dengan tangan hampa. Ia sudah menyiapkan diri bahwa ia dan istrinya harus berpuasa dan ia merasa kecewa. begitu ia nampak istrinya langsung memarahinya karena telah menyuruh pemuda memanggul beban berat dan lalu memukulinya.  Sang Brahmana kebingungan mendapati prilaku aneh istrinya dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Istrinya belum pernah berprilaku seperti itu dan meminta istrinya untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Istrinya menceritakan apa yang telah terjadi. Istrinya mengatakan anak muda tersebut masih di rumah tetapi ketika Brahmana mencarinya, sang anak tidak ditemukan.

Kemudian, saat ia duduk untuk membaca Bhagawad Gita, ia menemukan sloka yang tadi dicoretnya telah kembali seperti semula. Ia menangis karena menyadari anak muda yang diceritakan istrinya tersebut tidak lain adalah Krishna untuk memenuhi janji yang telah di sampaikan dalam Bhagawad Gita.  Sang Brahmana meratapi nasibnya yang tidak seberuntung istrinya yang telah mendapat kesempatan melihat Krishna.

Sabda Krishna dalam Bhagawad Gita tidak berbeda dengan diri Krishna, sehingga tindakan sang brahmana mencoret sloka itu sama saja artinya dengan menggores badan Krishna. Goresan dan darah dipunggung sang pemuda melambangkan tinta merah yang digunakan Brahman untuk mencoret sloka itu.

“Orang yang meninggalkan aturan Kitab Suci dan bertindak menurut kehendak sendiri tidak mencapai kesempurnaan, kebahagiaan maupun tujuan tertinggi.” Jalan kesempurnaan dalam kehidupan yang berketuhanan dicapai dengan keyakinan yang teguh terhadap sabda-sabda Tuhan Yang Maha Kuasa dan ajaran-ajaran guru spiritual yang dapat dipercaya.  Mari kita terapkan ajaran –ajaran suci dalam hidup ini agar bisa sukses. Selamat memahami ajaran Dharma yang sebenarnya. Om tat sat.

I Gede Suwardana

Penyuluh Agama Hindu, Kankemenag Kulonprogo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya