SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Om swastyastu. Om Namo Bhagawate Wasudewaya.

Athyaharah prayasas ca  prajalpo niyamagrahah

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jana-sangas ca laulyam  ca  sadbhir bhaktir vinasyati

“Bhakti yang dilakukan seseorang dirusakkan apabila dia menjadi terlalu terlibat dalam enam kegiatan berikut: makan lebih dari kebutuhan atau mengumpulkan dana lebih dari pada yang dibutuhkan; berusaha terlalu keras untuk benda-benda duniawi yang sangat sulit sekali di peroleh; berbicara tentang hal-hal duniawi di mana pembicaraan tidak diperlukan; mempraktikkan aturan dan peraturan dari kitab suci hanya untuk mengikutinya saja dan bukan demi kemajuan rohani atau menolak aturan dan peraturan dari kitab suci dan bekerja sendirian atau bekerja sesuai dengan kehendak sendiri; bergaul dengan orang yang hatinya duniawi dan tidak tertarik pada Tuhan Yang Maha Menarik/Wisnu;  dan menjadi kelobaan untuk mencapai sesuatu yang bersifat duniawi.”

Kehidupan manusia dimaksudkan untuk hidup secara sederhana dan berpikir secara luhur. Bhakti itu sendiri berarti Pelayanan yang tulus kepada Ida Sang Hyang Widdhi/Tuhan Yang Maha Tahu. Melalui bhakti menjadikan seseorang menjadi seorang mahatma atau seseorang yang berpikir luas atau tidak picik. Melalui bhakti kita akan siap untuk menghadapi masalah yang pasti kita hadapi di dunia fana ini.

Di dunia ini seseorang harus bekerja untuk memelihara jiwa dan raga, dan bagaimana pun juga pekerjaan seperti itu juga harus menguntungkan demi pelaksanaan Bhakti kepada Tuhan. Semua orang membutuhkan harta, tetapi hendaknya ia jangan mengumpulkan lebih daripada yang diperlukan. Kalau prinsip-prinsip yang wajar tersebut diikuti, tidak akan dialami kesulitan  apapun dalam memelihara badan.

Menurut susunan alam, makhluk hidup yang lebih rendah dalam tingkatan evolusi tidak makan lebih dari kebutuhan. Binatang pada umumnya tidak kekurangan kebutuhan. Misalnya kalau sekarung beras ditaruh, burung akan datang, makan beberapa butir dan pergi. Akan tetapi, manusia akan mengambil semua beras itu. Dia akan makan sampai kenyang dan berusaha menyimpan sisanya. Sesuai dengan sloka di atas berarti mengumpulkan lebih dari kebutuhan (atyaharah) dilarang, seluruh dunia sekarang menderita karena hal itu.

Nah Weda/ Kitab Suci menyatakan segala sesuatu milik Tuhan/Wisnu. Tiada sesuatu pun yang dapat dipecahkan dengan menaruh kekayaan di tangan kelompok ini dan kelompok itu.

Akibat dari mengumpulkan dan makan lebih dari kebutuhan berimbas pada prayasa atau usaha yang tidak diperlukan. Menurut apa yang diatur oleh Hyang Widdhi, setiap orang di dunia dapat hidup dengan damai kalau dia memiliki sebidang tanah dan seekor sapi perahan. Manusia tidak perlu berpindah-pindah untuk mencari nafkah, sebab dia dapat menghasilkan pangan dan mendapatkan susu dari sapi. Keadaan seperti itu dapat memecahkan masalah ekonomi. Untungnya manusia telah diberikan kecerdasan untuk mengembangkan pengertian tenang Tuhan, hubungan kita dengan Tuhan dan tujuan utama dalam kehidupan yakni cinta kasih kepada Tuhan.

Penghalang yang lain adalah prajalpa, yang berarti berbicara bila pembicaraan tidak diperlukan. Waktu kita berkumpul dengan kawan, segera kita mulai berbicara dengan kata-kata yang tidak diperlukan.  Kalau harus berbicara, hendaknya kita bicara tentang kesadaran kepada Tuhan.

Contoh nyata yang bisa kita lakukan adalah pembacaan Bhagawad Gita setiap Jumat malam di Pura Widya Dharma, Dero, Sleman dan Pendalaman Kitab Suci Bhagawad Gita adalah langkah nyata dari penerapan ajaran-ajaran suci yang begitu banyaknya. Yang kemudian dipahami paham tentang ajaran Tuhan dengan maksud untuk kemajuan rohani. Setelah tahu aturah dan peraturan Weda kita harus mempraktikkan ajaran-ajaran tersebut.

Selanjutnya adalah Jana-sanga, bergaul dengan orang yang tidak tertarik pada Kesadaran Tuhan/Wisnu. Salah seorang Guru Kerohanian Waisnawa yakni Srila Narottama dasa Thakura menasihati supaya kita hanya tinggal dalam pergaulan dengan para penyembah yang sadar Tuhan. Hendaknya seseorang selalu tekun berbhakti kepada Tuhan dalam pergaulan dengan para penyembah Tuhan. Hubungan dengan orang yang ikut dalam melakukan kegiatan yang serupa sangat menentukan untuk kemajuan usaha itu.

Keinginan untuk memperluas pikiran dengan menyempurnakan yoga kebatinan, menunggal dengan eksistensi Brahman, atau mencapai kemakmuran material yang bertingkah, semua termasuk golongan kelobaan (laulya). Segala usaha untuk mendapatkan keuntungan material  merupakan alangan dalam menempuh jalan bhakti kepada Tuhan.

Apabila manusia meninggalkan kesalahan-kesalahan pokok yang menghalangi bhakti, segala rasa benci antara manusia dan binatang, kelompok ini dan kelompok itu dan sebagainya akan berakhir. Di samping itu, segala masalah ekonomi maupun hal-hal yang kurang cocok di bidang politik  dan keresahan-keresahan akan dipecahkan melalui praktik rohani dengan kata lain melalui bhakti.  Om tat sat.

 

I Gede Suwardana

Penyuluh Agama Hindu Kankemenag Kulonprogo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya