Om Swastyastu
Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Dalam Bhagawad Gita, IV.4 menyatakan sebagai berikut: “Yada hi nendriayarthesu, na karmasv anusajjate, sarva-snkalpa-sannyasi, yogarudhas tadocyate” Artinya: Bila merasa benar bebas dari ikatan objek panca indra atau kegiatan kerja, dan meraka melepaskan segala niat keinginan, ia dikatakan mencapai yoga. Krisna bersabda, “Orang yang menjadi budak nafsunya menjadi budak seluruh dunia. Orang yang menguasai nafsunya menjadi penguasa seluruh dunia.”
Kata mutiara penuh makna filsafati yang perlu dimaknai, sehingga memberikan manfaat dalam kehidupan. Yakinlah bahwa yang bersemanyan dalam setiap kehidupan adalah atma yang merupakan sumber cahaya adalah dasar segala kebahagiaan dan kesenangan yang bisa kita alami di dunia. Kebanyakan orang menderita karena mempunyai pandangan yang keliru, bahwa kesenangan indera dan kenikmatan benda-benda duniawi itu nyata dan kekal, tetapi semuanya itu hanya bersifat sementara, serta pada akhirnya menimbulkan berbagai penderitaan batin yang mendalam.
Dalam Bhagawad Gita badan digambarkan sebuah periuk dengan sepuluh lubang, di dalamnya ada sebuah lampu yang tidak dapat dipadamkan. Jika kita menutup priuk tersebut dengan kain yang sangat tebal, kita tdak dapat melihat lampu . Tetapi jika pelan-pelan kita membuka kain penutup itu, kita akan dapat melihat cahaya. Pada saat itu seolah-olah ada sepuluh sinar. Tetapi jika periuk dipecahkan kita akan menyadari hanya ada satu lampu di periuk. Atma yang bersinar adalah lampu yang memancarkan cahaya itu. Sinar atma yang cemerlang ditutupi oleh badan dan sepuluh indrianya, lima kasar dan lima halus yang digambarkan sebagai sepuluh lubang periuk, yang ditutupi oleh rasa kepemilikikan dan keterikatan.
Singkirkanlah egoisme dan rasa kepemilikan itu yang bersifat maya. Karena sifat maya ini akan selalu mengaburkan kita, jika kurang waspada, akan digilasnya. Jika lepas dari keterikan khayalan maya, kita akan dapat melihat sinar yang menerangi dari sepuluh indria.
Cahaya yang kita lihat adalah melalui mata adalah pantulan cahaya ketuhanan yang bersinar yang ada di tubuh. Getaran yang didengar dan rasakan dengan kulit dan telinga adalah reaksi cahaya reaksi itu juga. Suara yang diucapkan adalah gema cahaya ketuhanan juga. Semua yang dapat kita kerjakan dan yang dialami melalui alat-alat indria adalah pantulan, reaksi, atau gema dari atma jyothi, sinar cemerlang yang merupakan diri kita yang abadi. Tetapi selama kita masih mempunyai periuk badan ini, kita tidak dapat melihat sinar atma yang esa, kita hanya mengalami pantulan-pantulan cahaya yang berlainan.
Upanisad mengajarkan kita harus melihat kesatuan dalam keanekaan. Apabila dapat melihat dan menghayati kesatuan. Hanya bila kita memusnahkan rasa persamaan diri dengan tubuh, kita dapat menghayati kesatuan dari semuanya. Hanyalah yang mengakibatkan pengalaman khayalan sehingga kita melihat keberagaman yang sebenarnya hanyalah kesatuan.
Dalam Upanisad dituliskan pengalaman langsung Para Maha Rsi yang agung bahwa hanya ada satu kesatuan dalam keserbanekaan dunia. Kesatuan ini merupakan dasar segala-galanya dimanapun juga. Kesatuan ini adalah atma yang harus dihayati dalam setiap objek dan setiap makhluk. Inilah intisari ajaran Bhagawad Gita yang juga menjadi intisari seluruh upanisad.
Jangan menyia-nyiakan hidup untuk mengejar kesenangan duniawi. Sadarilah dengan kebenaran kita memperoleh kelahiran sebagai manusia ini bukannya untuk sekadar menikmati makanan dan tidur. Manusia dilahirkan untuk mengenbangkan sifat-sifat ketuhanan. Kita telah diberikan sebagai manusia agar dapat mencapai tingkat yang tertinggi yaitu kesadaran Tuhan. Tugas kita sebagai manusia adalah melepaskan hal tidak kekal dan mencapai yang kekal sana tana dharma.
Selama kita menikmati berbagai hal, karena kita mempunyai kemampuan yang unik untuk mencari pengetahuan dan mawas diri. Kita harus menggunakan segenap kemampuan untuk memahami prinsip-prinsip yang menjadikan sikap manusia. Kita harus menggunakan segala keinginan untuk tujuan kebaikan. Dalam hal ini kita harus memberikan contoh yang baik kepada orang lain. Itu berarti hidup sebagai manusia sejati. Jika tidak menjadikan kesejahteraan seluruh masyarakat sebagai tujuan, kita tidak bisa dinamakan manusia.
Karena kita lahir dalam masyarakat, karena kita hidup dalam masyarakat dan memperoleh banyak manfaat dalam masyarakat serta kita harus mengabdi dalam masyarakat. Dalam mengabdi kepada masyarakat, kita harus mengabdi kepada Tuhan. Apakah itu tugas besar atau tugas kecil, apaun yang kita lakukan harus kita lakukan demi Tuhan. Pekerjaan apapun yang kita lakukan harus diubah menjadi pekerjaan yang suci, pekerjaan yang harus dijadikan pemujaan.
Kita harus menyadari kesatuan yang menyadari semua sifat yang berlainan ini. Jika kita telah memahami kesatuan ini, segala perbedaan akan lenyap, dan kalau keanekaragaman itu lenyap, segala keinginan lenyap pula. Maka bila keinginan lenyap, tidak akan ada lagi amarah. Dan kita telah mengalahkan keinginan/nafsu dan amarah kita akan mencapai pengetahuan suci. Melalui latihan rohani kita dapat menyadari kesatuan dan kenikmatan sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Kerinduan untuk memperoleh terang pengetahuan suci ini, untuk menghayati Yang Maha Esa dalam keberagaman, dinyatakan dalam doa upanisad: Asatoma satgamaya, Tamasoma jyothir gamaya, Mrityor amritam gamaya. Artinya : Tuntunlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang dan tuntunlah kami dari kematian ke yang kekal.
Om Santi-Santi Santi Om
I Nyoman Warta
Dosen Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten