SOLOPOS.COM - Finalis dan mentor berfoto bersama. (Solopos-Mahardini)

Solopos.com, SOLO -- Ketegangan belum surut dari wajah Athalia Mutiara Laksmi, begitu kakinya menapak ke luar dari ruangan Air Area Diplomat Success Challenge ke-10 (DSCX) di De Tjolomadoe, Karanganyar, Sabtu (16/11/2019) siang.

Mahasiswi bisnis semester VII dari Institut Teknologi Bandung ini baru saja mempresentasikan ide bisnisnya bertajuk Hear Me di hadapan dewan juri.  Athalia merupakan satu dari 12 finalis yang mengikuti kompetisi kewirausahaan persembahan Wismilak Foundation.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sembari menunjukkan prototipe aplikasi buatannya lewat tablet, ia menunjukkan bakal proyek buatannya bisa membantu penyandang disabilitas rungu dan wicara untuk berkomunikasi. Aplikasi tersebut memiliki fitur mengubah suara ke bahasa isyarat dan mengubah bahasa isyarat menjadi teks atau suara.

Ia memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan sampai mesin pengenal wajah untuk mewujudkan aplikasinya. “Untuk prototip ini tahap satunya sudah 40%. Kami butuh teknologi kompleks dengan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk mewujudkan aplikasi ini,” beber dia.

Hear Me

Pameran di sela-sela DSCX 2019 (Solopos-SUnaryo HB)

Keinginan membuat Hear Me bermula dari pengalaman Athalia yang pernah naik taksi berbasis aplikasi daring.

Pengemudinya waktu itu tuna rungu dan ditemani putrinya untuk membantu berkomunikasi dengan penumpang. “Jadi kepikiran untuk menjembatani komunikasi seperti itu,” ujarnya.

Ide bisnis lain dipresentasikan Anindita Pradana Suteja. Perempuan asal Solo ini menggagas Beehive Agriculture. Ia memanfaatkan teknologi drone untuk menjawab tantangan industri pertanian masa depan.

“Kebetulan partner saya ambil riset Phd di bidang agriculture technology. Jadi kami paham kelebihan, kekurangan, dan cara memaksimalkan drone. Alat ini bisa capture sekaligus jadi bahan analisis data yang bisa membantu petani mengelola lahan,” jelas perempuan alumnus S2 University of Manchester Inggris.

Ide peserta yang lolos final kompetisi kewirausahaan DSCX meliputi bidang agrobisnis, kuliner, kriya dan fesyen, usaha rintisan digital, sampai teknologi terapan.

Startup dan teknologi terapan meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatannya cukup eksponensial. Tahun lalu digital startup 6,7%, tahun ini di angka 14,2%,” jelas Edric Chandra, Penggagas DSC.

Milenial

Pameran di sela-sela DSCX 2019 (Solopos-SUnaryo HB)

Edric menuturkan 12 finalis dipilih dari 12.500 pelamar dengan dominansi peserta dari kalangan milenial.

Mereka telah mengikuti serangkaian sesi inkubasi dan pendampingan dengan mentor Michael Tampi, Muhammad Aga, Dina Dellyana, dan Pangeran Siahaan.

“Sistem pendampingan kami bertransformasi mengikuti kebutuhan ekosistem. Mereka diajari berbisnis lebih baik mulai dari problem statement, bagiamana menentukan value proportion, membuat produk, objective key result, business model, dan revenue,” beber dia.

Hari pertama Final Day DSCX dibuka Dirut PT Wismilak Inti Makmur Tbk. yang juga Dewan Pimpinan Harian Ketua Bidang UMKM-IKM DPN Apindo, Ronald Walla. Acara disusul Panel Roadmap mengenai UMKM-IKM sebagai Sektor Strategis Nasional.

Pengumuman pemenang Final Day DSCX digelar di tempat yang sama, Minggu (17/11/2019).

Pemenang berhak memboyong hibah modal usaha Rp2 miliar. Puncak acara ditutup penampilan spesial grup band Sheila on 7.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya