SOLOPOS.COM - Seorang warga tengah berziarah di makam Nyai Brintik di Semarang, di mana di sekitar lokasi itu pernah menjadi tempat perburuan harta karun. (Dok. Solopos/Imam Yuda S.)

Solopos.com, SEMARANG — Cerita tentang perburuan harta karun rupanya pernah terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Perburuan harta karun di ibu kota Jawa Tengah (Jateng) itu bahkan pernah menggegerkan publik sekitar tahun 2000-an lalu.

Perburuan harta karun saat ini memang pernah mennjadi perbincangan menarik bagi masyarakat Tanah Air. Hal ini menyusul ditemukannya harta karun peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, beberapa waktu lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Praktis banyak yang mulai menelusuri perburuan harta karun di beberapa wilayah di Tanah Air, tak terkecuali di Jateng. Salah satu daerah di Jateng yang marak kabar terkait adanya harta karun adalah Blora.

Baca juga: Peta Harta Karun Indonesia: 9 Lokasi Ada di Jateng

Meski demikian, rupanya perburuan harta karun di Jateng tidak hanya terjadi di Blora. Di Kota Semarang, ramai masyarakat berburu harta karun pun pernah terjadi.

Perburuan harta karun di Kota Semarang ini pernah terjadi pada era 2000-an lalu. Saat itu, dua buruh kubur di kompleks permakaman Bergota yang ada di Gunung Brintik, dikabarkan menemukan ragam perhiasan emas saat meggali makam.

Lokasinya berada di dekat gapura masuk RT 007, atau sekitar 60 meter dari makam Nyai Brintik, seorang tokoh yang dipercaya menjadi pendiri kawasan Brintik.

Dikutip dari laman Liputan6.com, temuan itu pun membuat warga mulai rajin menggali tanah. Warga yakin emas-emas yang ditemukan itu merupakan peninggalan keluarga Adipati Semarang yang dimakamkan di kawasan tersebut.

Baca juga: Asale Karimunjawa Jadi Pulau Harta Karun

Pada Oktober 2019 lalu, Solopos.com sempat berkunjung ke kawasan Gunung Brintik di Kota Semarang dan bertemu dengan Ketua RT setempat, Krisyanto. Pria yang berprofesi sebagai guru ini pun membenarkan jika di wilayahnya sempat heboh dengan perburuan harta karun.

Nyai Brintik

Banyak yang meyakini emas-emas itu merupakan peninggalan Nyai Brintik. Hal itu dikarenakan adanya mitos yang menyebut jika dulunya Mbah Brintik memiliki sebuah peliharaan berupa bebek berbulu emas. Emas yang terpendam itu pun terkikis dan muncul di permukaan saat hujan deras melanda.

Meski demikian, Krisyanto lebih percaya jika emas-emas itu berasal dari harta karun yang terpendam di kawasan Gunung Brintik, sekitar makam itu merupakan peninggalan orang-orang zaman dulu di kawasan Gunung Brintik.

Ada yang menyebut benda-benda berharga itu milik warga kaya zaman penjajahan Jepang. Ada pula yang mengaitkan harta karun itu berasal dari kapal Dampo Awang yang pecah setelah berseteru dengan Sunan Bonang. Perhiasan yang dibawa saudagar kaya itu tercerai-berai dan terombang-ambing arus laut hingga sampai di pesisir Semarang, yang salah satu pinggir lautnya di zaman itu adalah Gunung Brintik.

Baca juga: Harta Karun di Blora Jadi Buruan, Begini Ceritanya

“Dulu kan Gunung Brintik sini pinggir laut, jadi semacam kayak dermaga. Tugu Muda itu dulu masih laut,” ujar Krisyanto.

Terlepas versi mana yang benar tentang cerita asal harta karun, hingga saat ini belum ada penelitian yang bisa membuktikan secara ilmiah. Perhiasan yang dibawa warga terlanjur dijual, sebagian lain diamankan pihak keamanan setempat dan tidak jelas keberadaannya.

“Saya kira emas-emas yang terbawa arus air saat hujan itu berasal dari harta karun itu. Tanahnya terkikis dan emas yang terpendam terbawa turun air,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya