OM ANO BHADRAH KRATAWO YANTU WISWATAH
OM SWASTYASTU
Memahami berbagai alat musik gamelan yang berasal dari penjuru tanah air sangat berbeda dari segi bentuk dan jenisnya. Namun jika ditabuh sesuai dengan ketentuan yang ada, akan berbunyi berbeda sesuai dengan swadharmanya.
Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan
Namun jika ditabuh dengan perasaan hati yang harmonis maka akan menghasilkan suara merdu dan harmoni pula. Instrumen yang besar menghayati instrumen yang kecil. Instrumen yang besar memberi warna kepada yang lain, maka terciptalah estetika keharmonisasan suara yang hidup sebagai perekat bangsa yang berbhineka.
Demikian juga jika kita perhatikan taman yang indah dan sejuk, karena ditanami jenis tanaman yang bebeda namun saling memberikan warna dan nilai estetika.
Kebhinekaan merupakan kasanah bangsa yang harus kita junjung tinggi, dengan mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa yang dilandasi dengan nilai-nilai dharma dalam kehidupan. Dharma merupakan kebenaran yang harus kita dajikan pedoman dalam menjalankan kehidupan.
Dalam kehidupan sudah tentu kita dihadapkan dengan berbagai masalah baik yang datangnya dari diri sendiri maupun yang datang dari luar diri kita, Ada yang positif maupun yang negatif. Sebagai umat beragama tentunya melihat berbagai masalah dengan mengedepankan sikap yang arif , bijaksana, toleran dan sopan santun, dengan mengedepankan nilai kemanusiaan.
Setelah pemilihan umum guna memilih Dewan Perwakilan Rakyat, tentu akan menghasilkan berbagai ragam permasalahan. Demikian juga calon anggota legislatif (caleg) yang tidak masuk menimbulkan berbagai masalah depresi mental, karena belum siap menghadapi demokrasi.
Disinilah kedewasaan demokrasi politik kita diuji. Saling menyadari berbagai kekurangan dan mengakui kelebihan orang lain.
Dalam berbagai permainan pasti akan terjadi Rwa Bhineda yakni menang dan kalah, tegakkanlah, selalu tegar menghadapi semua ini dengan jati diri bijaksana di bumi persada ini dengan baik. Yang menang jangan terlalu berlebihan atau larut atas berbagai kemenangan, demikian juga bagi yang kalah hendaknya menyadari bahwa ini merupakan suatu proses kehidupan sesuai dengan hokum karma, masih ada kesempatan yang akan datang.
Jangan putus asa dengan kekalahan ini, justru kita mengadakan evaluasi introsfeksi diri, bercermin pada ajaran agama. Karena tidak semua peserta bisa menang dalam pemilihan, akibat kursi yang diperbutkan terbatas sesuai dengan haturan, sedangkan caleg demikian banyaknya. Ini sedah menunjukkan kita harus bijak dan legowo.
Bagi saudara kita yang bisa lolos, merekan akan membawa beban dan tanggung jawab yang sangat berat, bukan untuk kepentingannnya sendiri melainkan membawa aspirasi masyarakat yang sangat kompleks. Mari kedamian dan keharmonisan selalui kita jalankan dalam mengemban hidup ini.
Tujuan hidup yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Catur Purusa Artha yakni : Melaksanakan dharma sesuai dengan swadharma kita, maka kita akan mendapatkan tujuan hidup yang sesungguhnya. Dari pelaksanaan dharma kita akan mendapatkan pahala atau hasil yang sesuai dengan yang kita perbuatan, tidak ada pekerjaan tanpa hasil, baik buruknya hasil tergantung dari prilaku dan perbuatan kita.
Dari hasil karma yang kita lakukan akan mendapatkan kama yakni; keinginan-keinginan yang mulya seperti menghargai mereka yang lolos caleg, mengakui berbagai kelebihannya dan selalu menebarkan nilai- nilai kebajikan, rasa persaudaraan dan sebagainya. Dan yang terakhir mencapai Moksa yakni bersatunya Sang Atman dengan Tuhan ( Sang Hyang Widhi Wasa ). Moksa akan bisa terwujud jika kita telah mempu menjalankan kehidupan ini dengan baik dan sempurna. Dalam Bhagawad Gita. V.18 menyatakan sebagai berikut:
Widya vinaya sampanne brahmane gavi hastini, suni caiva sva pake ca panditah sama darsinah. Atinya : Orang bijak melihat dengan pandangan yang sama, baik seorang Brahmana terpelajar dan rendah hati, seekor sapi, seekor gajah, atau bahkan seekor anjing atau seorang yang berkelahiran hina.
Semakin bertambah pengetahuan kita, semakin sadar kita bahwa, semakin banyak pengetahuan yang belum kita ketahui.
Pengetahuan yang sedikit akan menghantarkan pada dogmatisme, lebih sedikit lagi menghantarkan pada pertanyaan dan lebih sedikit lagi membawa kita pada berdoa. Disamping itu kerendahan hati berasal dari pengetahuan bahwa kita dihidupi dalam eksistensi oleh anugrah dan kasih sayang Tuhan. Karakteristik dari yang tertinggi, berupa kesadaran dan kebahagiaan, hadir pada segala eksistensi dan perbedaaanya hanya berkaitan dengan nama dan rupa dalam perwujudaanya.
Bila kita memandang dari sudut pandang Realitas tertinggi yang hadir pada semuanya, kita akan melihat dengan pandangan yang sama. Dualisme mendasar ada pada roh dan sifatnya bukan dari jiwa dan badan. Itulah perbedaan dari subyek dan obyek. Dunia ini memiliki perbedaan antara mineral-meneral, tanaman-tanaman dan binatang-binantang serta manusia, tetapi mereka semua memiliki eksistensi non-obyektif batin. Realitas sebagai subyek bersemayam segalanya.
Berbuat baik kepada orang lain tidak memberikan kenyamanan fisik atau pun meningkatkan standar kehidupannya. Melainkan hanya merupakan bantuan kepada orang lain untuk menemukan hakekat mereka yang sejati, untuk mencapai kebahagiaan.
Perenungan tentang Realitas Abadi, sebagai tempat kediaman kita semua, memberikan kehangatan dan topangan terhadap sikap pelayanan pada mahluk-mahluk lainnya. Segala kenyatan kerja adalah demi Tuhan itu sendiri (Jagad hitayah krsnaya ).
Guna mengatasi dunia, bukan menjadi bersifat duniawi lain dan juga bukan menghindari tanggung jawab sosial. Demikian dua sisi agama yang pribadi dan sosial. Secara pribadi, kita harus menemukan sifat atau nilai-nilai ke-Tuhan-an yang ada dalam diri kita meresapi sifat kemanusiaan kita, sedangkan sisi sosialnya, masyarakat itu sendiri harus dilembutkan menjadi gambaran Tuhan.
Manusia bukan hanya meningkatkan dunia spiritual tetapi juga meningkat dunia mahluk-mahluk ini sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana yakni: tiga penyebab kebahagiaan. Pertama meningkatkan spiritualitas nilai-nilai ke –Tuhan- nan dalam kehidupan yang disebut Peryangan yakni : hubungan manusia dengan Tuhan, Pewongan yakni ; hubungan manusia dengan manusia dan Pelemahan yakni; hubungan manusia dengan alam lingkungan. Ketiga ini adalah berbeda keberadaannya namun menjadi satu kesatuan mewujudkan hidup satyam, sivam dan sundharam ( kebenaran, kesucian dan harmoni ).
Janam bibhrati bahudha vivacasam, nanadharmanam prthivi yathaukasam
Sahastra dhara dravinasyam me duham, dhruveva dhenur anapasphuranti
Artinya :
Semoga bumi yang dihuni oleh orang yang menggunakan berbagai bahasa,
Dengan upacara agama yang beraneka ragam sesuai dengan tempat tinggal,
Berilah kami kekayaan yang berlimpah,
Laksana sapi perahan yang selalu memberikan susu. ( Attharwa Weda, XIII.1. 45 )
Om Santi-Santi-Santi Om.
Oleh I Nyoman Warta