SOLOPOS.COM - Ilustrasi menghitung uang tunai rupiah (Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Perbangkan Sukoharjo, kalangan pengelola BPR diminta mewaspadai aliran dana untuk kegiatan terorisme.

Solopos.com, SUKOHARJO — PT BPR Artha Sari Sentosa, Tawangsari, Sukoharjo, menyelenggarakan pelatihan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT) di kantor BPR tersebut, Sabtu (17/12/2016). Kegiatan diikuti 53 peserta, mulai dari jajaran komisaris, direksi,  pimpinan, dan karyawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pelatihan itu menghadirkan narasumber, Direktur Amalia Consulting, Suharno. Dia meminta agar  BPR memandang APU-PPT sebagai kebutuhan. “Ada dan tidak regulasi, prinsip APU PPT harus dijalankan. Bila tidak, yang rugi kita sendiri. BPR yang sampai kebobolan untuk pencucian uang dan terorisme, reputasi lembaga bisa hancur,” ungkap dia.

Mengutip sumber PPATK, Suharno mengatakan sumber dana terorisme terbesar dari Australia.  “Berdasarkan penelusuran PPATK sejak 2012 hingga akhir 2016, ada 97 kali aliran dana terorisme masuk dari Australia dengan total dana Rp88,8 miliar,” papar dosen prodi Akuntansi Universitas Slamet Riyadi (Unisri) ini.

Menurut dia, seluruh jajaran dan pimpinan harus menjalankan APU-PPT dengan prinsip 5T, yaitu tertib, terperinci, teliti, terukur, dan terlapor. Direktur BPR Artha Sari Sentosa, Dimas Dhany Ardyanto, mengatakan seluruh jajaran dan karyawan menaati pedoman pelaksanaan APU-PPT.

“Kita harus mengantisipasi sejak dini, jangan sampai ada aliran dana terorisme masuk ke BPR Artha Sari Sentosa,” kata dia dalam rilis yang diterima Solopos.com.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya