Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Di sana ada panggung yang dipersiapkan pemilik rumah yang menyajikan atraksi jathilan yang dihadirkan tuan rumah untuk memeriahkan perayaan Tahun Baru Imlek. Warga pun berbondong-bondong memadati tempat itu untuk menyaksikan pertunjukan jathilan mulai siang hingga sore hari.
Dalam perayaan tersebut, tampak pembauran antara budaya asal negeri China dan Jawa. Meski rumah Joko dihias dengan berbagai ornamen lampion yang menunjukkan budaya Tionghoa, namun hiburan yang disuguhkan mencirikan budaya Jawa mulai dari pakaian hingga atraksi yang ditampilkan.
Warga dari luar Cantelan juga berdatangan memeriahkan acara tersebut. Salah satunya adalah Widodo, 53, warga Dusun Ngaran, Desa Mlese, Kecamatan Ceper, Klaten. Ia menyatakan sengaja membawa serta seluruh anggota keluarganya untuk melihat atraksi jathilan dalam perayaan Tahun Baru Imlek tersebut. ”Anak hingga cucu semua saya ajak ke sini. Saya baru saja datang. Tadi mendengar dari teman terus saya ke sini. Sangat meriah. Saya sangat terhibur,” tuturnya saat ditemui Espos.
Sementara itu, Joko menjelaskan acara tersebut diselenggarakan setiap tahun, tepatnya saat perayaan Tahun Baru Imlek. Keramaian selalu digelar di tempat yang sama, yakni di halaman rumahnya. “Melalui perayaan Tahun Baru Imlek bersama warga ini bisa tercipta kerukunan dan rasa kebersamaan antarwarga. Menghormati satu sama lain juga terpupuk melalui kegiatan ini,” tuturnya.
Dalam perayaan Tahun Baru Imlek tersebut tidak dimeriahkan dengan seni barongsai yang identik dengan budaya Tionghoa. Joko memilih mengundang kelompok seni jathilan yang merupakan seni tradisi yang sangat populer di kalangan orang Jawa. Dan Joko menunjukkan kehadiran seni jathilan memberi warna lain dalam perayaan Tahun Baru Imlek.
JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso