SOLOPOS.COM - Sejumlah suami menggendong istri dalam lomba untuk memeriahkan HUT ke-70 RI di Lapangan Desa Kalangan, Gemolong, Sragen, Selasa (11/8/2015). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Perayaan HUT RI dimeriahkan dengan aneka lomba di lingkungan setempat.

Solopos.com, SRAGEN – Peringatan HUT ke-70 Kemerdekaan RI diperingati dengan berbagai lomba. Pada Selasa (11/8/2015) sore, sejumlah warga mengikuti lomba merias wajah dan suami menggendong istri di Lapangan Desa Kalangan, Kecamatan Gemolong, Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bagi Joko Paryono, 45, warga Dusun Karangmojo, Kalangan, Gemolong, merias wajah istrinya sendiri, Kartini, 42, adalah pengalaman pertama.  Berbekal bedak dan lipstik, ayah enam anak itu optimistis bisa mempercantik wajah istrinya dengan mudah.

Namun, dia tidak menyangka panitia mewajibkan semua peserta menutup mata peserta saat merias istri masing-masing. Begitu mata para suami sudah tertutup kain slayer, panitia membunyikan peluit untuk menandai dimulainya perlombaan.

Ekspedisi Mudik 2024

Peserta diberi waktu tiga menit untuk merias wajah istri. Joko lantas mengusapkan bedak ke wajah istri. Istrinya terus meronta karena bedak yang dioleskan di wajahnya tidak beraturan.

Gelak tawa penonton pun pecah kala mengetahui hasil riasan para suami di wajah istrinya masing-masing.

“Waktu pertama melihat hasil riasan, saya kaget dengan hasilnya. Saya sampai ragu wanita di depan saya itu adalah istri saya,” kata Joko saat ditemui di sela-sela acara.

Setelah merias wajah istri, para suami harus harus berlari sejauh sekitar 50 meter sambil menggendong istri masing-masing.

Begitu peluit berbunyi, Joko yang menggendong istrinya mengerahkan sekuat tenaga untuk berlari. Namun, dia kalah cepat dengan peserta lain yang berlari lebih kencang sambil menggendong istrinya.

Joko bersama istrinya malah jatuh tersungkur ketika baru mencapai separuh perjalanan. Sontak jatuhnya pasangan suami istri itu memicu gelak tawa ratusan penonton yang memadati Lapangan Kalangan.

“Saya sudah lupa kapan terakhir kali menggendong istri. Mungkin dulu waktu masih pacaran. Tapi, sekarang istri saya jauh lebih berat,” ujarnya sambil tertawa.

Selain lomba balapan para suami sambil menggendong istri, panitia juga menyelenggarakan lomba panjat pohon pisang bagi anak-anak SD. Masing-masing tim diberi waktu sekitar 10 menit untuk mengambil hadiah yang dipasang di ujung pohon pisang.

Danu, 10, adalah bocah yang kali pertama bisa mencapai ujung pohon pisang dengan susah payah. Sayang dia hanya bisa memetik tiga buah hadiah lantaran waktunya sudah habis.

“Tadi saya dapat bolpoin, buku tulis dan minuman,” kata Danu yang belepotan oli setelah mengikuti perlombaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya