SOLOPOS.COM - Pekerja menyelesaikan membuat rangka bambu untuk menaikkan kajang di depan rumah almarhumah Sunarmi, 65, di Dukuh Ngenden RT 008/RW 007, Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (25/3/2017). (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Perampokan di Banaran Sukoharjo menyebabkan pemilik rumah meninggal dunia.

Solopos.com, SUKOHARJO — Janda pensiunan PNS Sunarmi, 67, sebenarnya tengah melakukan persiapan untuk acara 1.000 hari atau mendak sepisan meninggalnya suaminya yakni Harjono. Namun, Sabtu (25/3/2017), nasib berkata lain, Sunarmi tewas dengan bekas cekikan dan sumpalan kertas tisu di mulutnya yang diduga dilakukan oleh perampok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Polres Sukoharjo menyebut aksi Sabtu di Dukuh Ngenden RT 008/RW 007 Desa Banaran, Grogol, Sukoharjo itu merupakan perampokan dan pembunuhan. (Warga Banaran Tewas Dirampok)

Sunarmi ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dengan kondisi tangan dan kaki terikat, serta mulut disumpal tisu. Kapolres Sukoharjo AKBP Ruminio Ardano didampingi Kasatreskrim AKP Dwi Haryadi dan Kapolsek Grogol AKP Sarwoko memimpin langsung olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah Sunarmi.

Hasil olah TKP, perhiasan emas meliputi enam gelang, 10 cincin, tiga kalung, dan uang senilai Rp10 juta hilang. Salah satu kamar di rumah korban juga dalam kondisi berantakan. Korban diduga tewas akibat cekikan dan sumpalan kertas tisu di mulut. Korban ditemukan tewas di ruang tengah. Pelaku diduga masuk dari pintu depan.

 

Pengamatan Solopos.com, anak sulung korban, Rurin, 45, yang tinggal di Gawok, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, beserta kakak kandung korban serta famili lainnya berkumpul di rumah duka. Namun, mereka hanya bisa duduk di kursi teras rumah atau kursi di jalan kampung.

Pintu masih ditutup karena polisi membentangkan police line di depan rumah. Sesekali isak tangis Rurin terdengar saat mendapatkan ucapan duka dari warga dan koleganya. Air mata menetes di pipi dan sesekali diusap dengan tangan. “Yang tabah Mbak,” ucap seorang warga.

Di sela-sela menerima tamu, Rurin bercerita Jumat lalu merupakan perjumpaan terakhirnya dengan ibu kandungnya. “Jumat kemarin [24/3] saya mengantar ibu mengambil uang pensiunan almarhum bapak [Harjono]. Tapi uang yang diambil sedikit kok. Uang itu untuk persediaan ibu jika sewaktu-waktu cucu-cucunya datang,” katanya.

Rurin tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi ibunya. “Ibu terkadang tertutup tetapi beberapa waktu lalu pernah cerita akan menjual tanah di Desa Jatinom, Klaten. Saya menyarankan hasil jual tanah dibelikan di lokasi dekat saja. Apakah tanah itu sudah terjual atau belum saya tidak tahu.”

Rurin mendapatkan kabar duka dari adiknya yang tinggal tak jauh dari rumah ibunya. “Saya dikabari adik pukul 06.00 WIB jadi tidak tahu persis kematian ibu. Yang jelas ibu sendirian di rumah sejak tiga tahun lalu. Ibu juga sudah berencana menyiapkan acara seribu hari meninggalnya bapak [Harjono] sehingga uang tunai sudah dikumpulkan dan disimpan di rumah.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya