SOLOPOS.COM - Suasana rumah duka Sido Suroso, 46 di Desa Ponowaren, Tawangsari, Sukoharjo. Korban tewas ditembak perampok di SSCom, Rabu (1/8/2012). (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi)

Suasana rumah duka Sido Suroso, 46 di Desa Ponowaren, Tawangsari, Sukoharjo. Korban tewas ditembak perampok di SSCom, Rabu (1/8/2012). (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi)

Kursi-kursi besi bercat kuning dijajar rapi di depan rumah sederhana di Dusun Ponowaren RT 001/RW 002 Desa Ponowaren, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo. Puluhan orang terlihat duduk-duduk di depan rumah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu pria yang duduk di depan rumah itu adalah Sulardi, 74, ayah kandung korban perampokan di depan SSCom, Kentingan, Jebres, Solo, Sido Suroso, 46. Korban tewas ditembak perampok saat berusaha mengejar pelaku yang membawa tas berisi uang Rp 150 juta, Rabu (1/8) sekitar pukul 12.00 WIB.

Mengenakan kaus berkerah dan bawahan sarung, Sulardi terlihat lebih tabah dan bersedia melayani pertanyaan dari awak media. Sedangkan ibu korban terlihat masih shock, ia terbaring dilantai dan menangis tersedu-sedu. Keluarga dan tetangga korban terlihat menjaga di sampingnya dan mencoba menenangkan.

Menurut penuturan Sulardi, almarhum Sido Suroso meninggalkan tiga orang anak. Anak sulungnya duduk di kelas X, anak kedua SD kelas VI sedangkan anak ketiga masih berusia enam bulan.

Sejak tiga empat tahun lalu Suroso yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum itu ditugaskan menjadi bendahara dalam proyek jalan tol di Solo. Sudi Suroso tinggal di rumah orang tua kandungnya. Setiap hari, ia bolak-balik Sukoharjo-Solo diantar sopir pribadinya.
Rabu pagi, seperti biasa, Sido Suroso berangkat ke Solo sekitar pukul 08.00 WIB. Sulardi mengatakan tidak ada firasat atau keanehan apapun pada anak kedua dari empat bersaudara itu.

“Sebelum berangkat dia sempat berbincang dengan pekerjanya. Di rumah dia memang membuat usaha kusen, tidak ada firasat apapun yang saya rasakan,” tutur Sulardi.

Ia mengatakan anak keduanya itu perangainya ramah. Ia juga tak segan membantu orang lain saat kesusahan. Sebelum menjadi pegawai negeri sipil di Kementerian Pekerjaan Umum, Sido Suroso, berwiyata bakti selama 12 tahun. Pernyataan Sulardi itu langsung diamini oleh kerabat dan tetangga yang duduk di samping Sulardi.

“Ini kan awal bulan jadi mungkin Suroso mengambil uang untuk menggaji pegawai. Saya masih belum percaya dengan kejadian itu sebelum saya meihat jasadnya. Tapi keluarga sudah ada yang menunggu di Solo, katanya memang sudah meninggal,” tutur Sulardi gusar.

Istri dan anak-anak Sido Suroso berdomisili di Perum Sukatani, Cimanggis, Depok. Setelah menerima kabar bahwa Suroso meninggal, keluarga di Sukoharjo langsung mengabari keluarga inti. “Mereka langsung berangkat naik pesawat, mereka juga langsung saya beri tahu bahwa Suroso meninggal ,” tandas Sulardi.

Keluarga almarhum belum tahu kapan prosesi pemakaman dilaksanakan. Mereka masih menunggu kedatangan korban yang saat itu masih diautopsi di RSUD dr Moewardi, Solo. Rencananya jenazah akan dimakamkan di TPU Sergan, Ponowaren.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya