SOLOPOS.COM - Salah seorang pemandu sedang memasangkan harness ke pengunjung. Alat ini dililitkan ke tubuh untuk sarana turun ke dasar goa. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Harian Jogja/David Kurniawan)

Setelah batas penggunaan tercapai, peralatan akan diganti dengan yang baru

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Gua Jomblang di Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, merupakan salah satu destinasi wisata minat khusus di DIY. Standardisasi keamanan di objek petualangan ini sangat tinggi agar pengunjung selamat saat menuruni gua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cerlang di rongga sedalam 60 meter itu paling bagus terlihat selama empat bulan saban tahun, dari Juni sampai September. Orang-orang secara hiperbolis menyebutnya sebagai cahaya surga, pemandangan paling dicari penjelajah Goa Jomblang. Menikmati kirana di dasar gua butuh kehati-hatian, kecermatan, dan kesebaran. Jalan batu tanah liat terjal sepanjang dua kilometer menjadi tantangan pertama yang harus dilalui untuk menuju bibir gua dan melakoni petualangan yang menjadi menu pokok, turun ke dasar gua menggunakan seutas tali.

Sebelum ke bawah, pengunjung dikumpulkan di sebuah joglo yang berada di tengah hutan untuk didaftar dan diminta memakai sepatu bot yang telah disediakan menyesuaikan macam-macam ukuran kaki. Sepatu kudu dipakai lantau gua licin. Setelah persiapan awal rampung, lokasi selanjutnya adalah permukaan tanah di sekitar luweng. Di sini, siapa pun yang ingin masuk gua diberi pengarahan tentang morfologi Gua Jomblang dan cara memasukinya.

Tiap-tiap orang diberi helm yang harus mereka pakai. Tubuh mereka dililiti harness atau tali pengikat. Helm dibutuhkan sebagai pelindung kepala saat menyusuri goa, sedangkan harness adalah kendaraan menuruni goa. Kejelian dan ketelitian pemasangan tali sangat penting. Pemandu benar-benar memperhatikan pemasangan harness secara saksama. Keliru sedikit, fatal akibatnya.

Harness yang sudah membelit tubuh dicek dua kali. Pemandu mesti memastikannya benar-benar kencang dan pas.
Pemeriksaan pertama adalah saat pengunjung bersiap menuruni luweng. Ikatan harness dikencangkan. Pemeriksaan kedua saat pemandu mengaitkan tali ke harness. Ini adalah pengecekan final sebelum menuju perut bumi.

Setelah pemeriksaan rampung, pengunjung diminta berpegangan pada tiang besi yang dibangun menjorok ke dalam mulut luweng. Pemandu lantas mengaitkan tali dengan harness. Setelah semua beres, tim pemandu memberikan aba-aba agar tali perlahan-lahan tali diulur. Tubuh wisatawan pun turun ke dasar luweng menggantung pada seutas tali dengan diameter tidak lebih besar dari jempol tangan orang dewasa. Menurunkan tubuh ke gua tergantung bobot. Pemandu bisa menurunkan dua orang sekaligus. Namun, wisatawan bertubuh tambun akan diturunkan sendirian.

Waktu yang diperlukan untuk menuju dasar gua tidak lebih dari tiga menit. Di sini, sudah ada pemandu yang akan melepaskan ikatan. Pengecekan keamanan dalam proses keluar dari mulut gua sama persis. Saban hari, pengunjung Jomblang dibatasi hanya 75 orang. “Wisata minat khusus yang kami kelola memiliki risiko tinggi,” kata pengelola Gua Jomblang, Cahyo Alkantana, Sabtu (13/1/2018).

Penadbiran objek wisata tersebut tak boleh sembarangan dan harus mengacu pada standardisasi organisasi penjelajahan gua internasional Union Internationale de Speleologie (UIS) maupun Asosiasi wisata goa.
Pemandu juga harus memiliki sertifikat keahlian penelusuran gua. “Kami semua profesional dan keamanan di Gua Jomblang sudah terjamin sesuai standar milik internasional,” kata Cahyo.

Pemeliharaan peralatan juga sangat penting untuk menjamin keselamatan. Sebelum proses menurunkan para penggemar wisata pemacu adrenalin, peralatan yang akan dipakai seperti harness, ascender atau pengerek hingga tali dicek terlebih dahulu. Perkakas itu dipastikan berfungsi sehingga bisa mengurangi risiko kecelakaan.

Penggunaan juga dibatasi. Setiap peralatan paling banyak dipakai 1.500 kali.  Setelah batas penggunaan tercapai, peralatan akan diganti dengan yang baru. Jika tiap hari rata-rata ada 75 wisatawan yang menuruni Gua Jomblang, semua peralatan maksimal dipakai 20 hari. “Inilah penyebab kunjungan di Jomblang mahal karena biaya yang digunakan untuk menjamin keselamatan juga mahal,” katanya.

Pengelolaan Jomblang melibatkan sekitar 45 orang, 20 anggota tim pemandu, dan 25 warga sekitar yang diberdayakan untuk menarik pengunjung untuk jalan-jalan setelah menelusuri dasar goa. Kebanyakan pengunjung Gua Jomblang adalah turis mancanegara. Umumnya mereka ingin melihat apa yang disebut sebagai cahaya surga bersinar ke dasar gua.

“Waktu terbaik untuk melihat cahaya surga adalah Juni sampai September saat musim kemarau. Kalau musim hujan, kami hanya untung-untungan karena matahari sering tertutup awan,” kata Aan Nurcahyo, pemandu penelusuran Gua Jomblang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya