SOLOPOS.COM - Sriwiyanto, 57, menunjukkan wayang kulit hasil ukirannya di Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Kamis (17/3/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Usaha kerajinan wayang kulit di Kayen, Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, lesu karena selama pandemi tak ada lagi dalang memesan perlengkapan wayang. Sementara, harga wayang kulit per set mencapai ratusan juta rupiah.

Marwanto, 49, perajin wayang kulit saat ditemui di rumahnya di Sonorejo, Sukoharjo, Kamis (17/3/2022), menyatakan saat ini target penjualan wayangnya menyasar kolektor dan pemerintahan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Dulu penjualan 90% ke dalang sedangkan 10%nya ke kolektor dan pemerintahan. Saat ini dalang sendiri bisa dibilang tidak lagi manggung, jadi tidak lagi membeli wayang, yang tersisa ya hanya kolektor dan pemerintahan saja,” kata pria yang pernah menjadi murid almarhum dalang Ki Manteb Sudarsono itu.

Baca juga: Begini Nasib Perajin Wayang Kulit Kepuhsari Wonogiri saat Pandemi

Marwanto menjelaskan satu set wayang kulit terdiri atas 250 tokoh, sedangkan kisaran harga untuk kualitas terbaik mencapai Rp700 juta untuk kualitas di bawahnya bisa mencapai Rp450 juta.

“Kalau menjual ke kolektor atau pemerintahan paling hanya per tokoh saja, tidak satu set. Seperti tokoh Janaka, Kresna, itu harga dengan kualitas terbaiknya mencapai Rp25 juta hanya satu tokoh ya, kalau kualitas di bawahnya Rp7 juta,” jelasnya.

Lebih lanjut, Marwanto, menambahkan harga tersebut berdasarkan rumitnya pengerjaan wayang kulit. Menurutnya, proses pembuatan wayang kulit memerlukan waktu lama, seperti penjemuran hampir membutuhkan waktu satu pekan untuk memperoleh kekencangan kulit maksimal, sedangkan proses pewarnaan bisa mencapai waktu tiga hari.

Baca juga: Pelaku UMKM Sukoharjo Menjerit Gegara Harga Minyak Goreng Rp24.000/L

Bahan baku yang dipilih Marwanto tidak sembarangan, dia memilih bahan kulit hewan dari Toraja sedangkan cempurit (pegangan wayang yang berasal dari tanduk kerbau) menurutnya kini cukup sulit ditemukan.

Mengikuti Pameran

Menurut Marwanto, omzet sebelum pandemi mencapai Rp100 juta-Rp150 juta dengan kisaran pendapatan sekitar Rp25 juta tiap bulannya, dengan pendapatan bersih sekitar Rp5 juta. Sedangkan dimasa pandemi sangat jauh penurunannya.

“Pandemi gini, wis angel dijagakne mba [Pandemi seperti ini, sudah susah diandalkan], dulu ditahun pertama pandemi lancar karena masih membuat pesanan sebelumnya, setelah itu sampai sekarang susah sekali,” kata pria yang telah mendirikan usahanya sejak 1991 itu.

Baca juga: Ekspor Sepi, Perajin Kaligrafi Sonorejo Sukoharjo Jualan di Marketplace

Marwanto juga sempat mengikuti pameran, dari sanalah kini dia biasanya menemukan kolektor yang membeli wayang hasil kerajinannya. Dia juga mengaku saat ini di desanya hanya ada sekitar 10 orang yang masih menjadi perajin, itupun kebanyakan pegawai dari sanggar miliknya.

Ditemui terpisah, Plt Lurah Sonorejo, Mamik Hernawati, mengaku jika saat ini di desanya kerajinan wayang kulit menjadi kerajinan terbesar, dibandingkan dengan seni ukir, maupun kaligrafi yang juga ada di desanya. Namun menurutnya pemerintah desa memang belum memberikan modal maupun pelatihan kepada para perajin itu.

“Belum ada [modal atau pelatihan], dulu sempat ada pameran yang dikhususkan untuk pameran UKM di gedung sebelah Taman Wijaya Kusuma, tapi tidak ada lagi, ya ini rencananya akan dirintis kembali jadi nanti pihak UKM bisa memamerkan disana, kan dekat dengan taman, dan orang banyak, diharapkan juga bisa meningkatkan penjualan,” katanya, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya