SOLOPOS.COM - Sri Mulyani (Solopos-Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Para pandai besi di Klaten meminta bantuan pemasaran produk terutama cangkul. Mereka berharap ada program satu keluarga satu cangkul lokal.

Hal itu disampaikan perwakilan pandai besi asal Dukuh Karangpoh yang berada di Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom dan Desa Padas, Kecamatan Karanganom saat menghadiri kegiatan Ngopi Bareng di Pendopo Rumah Dinas Bupati, Jumat (28/2/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Liga Inggris: Prediksi Everton Vs Manchester United

Ada ratusan pandai besi di Dukuh Karangpoh yang berada di wilayah perbatasan antara Desa Bonyokan dengan Padas itu. Sebanyak 50 perajin tergabung dalam Koperasi Delapan Belas. Sekretaris Koperasi Delapan Belas, Supriyanto, mengatakan selama ini produksi cangkul pasang surut.

Proses produksi para perajin mengandalkan pesanan yang datang dari para bakul dan memasarkannya hingga ke luar Pulau Jawa. “Pemasaran menjadi kendala utama kami. Ada musim ramai ada musim sepi order. Yang cenderung lebih panjang itu musim sepi order,” kata Supri saat ditemui wartawan seusai pertemuan.

Saat musim sepi order, perajin memproduksi sekitar 50 cangkul per hari. Kondisi berbeda ketika musim ramai orderan datang yang memproduksi hingga ratusan cangkul per hari. Kendala pemasaran itu kian sulit ketika ramainya cangkul impor di pasaran dengan harga jual lebih murah dibandingkan cangkul lokal.

Cuma Ada di Wonogiri, Ini Fakta Janggelan Bahan Baku Cincau Hitam

Supri mengatakan ada tiga kelas cangkul yang dibikin perajin. Kelas A merupakan cangkul yang dibikin dari baja dengan harga Rp125.000. Kelas B merupakan cangkul kombinasi besi dan baja dengan harga Rp50.000. Kelas C merupakan cangkul yang dibikin berbahan besi dan dijual seharga Rp45.000.

“Kalau cangkul impor yang saya dengar itu harganya sekitar Rp35.000. Sebenarnya kalau [cangkul] produk China tidak bisa langsung digunakan karena ujungnya tumpul sehingga harus dibawa ke pandai besi dulu. Kalau produk lokal bisa langsung digunakan. Dari sisi kualitas sebenarnya cangkul lokal tidak kalah,” kata Supri.

Supri berharap ada pemihakan dari pemerintah dengan memberikan bantuan pemasaran cangkul. Dia sepakat ada wacana satu rumah satu cangkul lokal yang menuat dalam pertemuan para perajin dengan pejabat di Klaten pagi itu. “Paling tidak diawali dari desa kemudian dari kabupaten dulu. Syukur-syukur yang disampaikan bupati satu rumah satu cangkul atau satu PNS satu cangkul bisa terealisasikan. Ini yang menjadi harapan kami para perajin agar lebih maju lagi,” kata dia.

Kisah Tukang Las Rakit Helikopter Berkat Tutorial di Youtube

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan usulan satu rumah satu pacul muncul saat kunjungan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengunjungi sentra perajin cangkul di Klaten beberapa waktu lalu. “Saya sepakat juga kalau satu rumah satu cangkul. Cangkul itu alat yang murah dan penting untuk setiap keluarga. Apalagi di Klaten sebagai daerah pertanian, cangkul sangat penting,” kata Mulyani.

Disinggung pemihakan dari pemkab, Mulyani mengatakan pemkab segera mengaji formula untuk pemihakan kepada para perajin cangkul lokal. “Nanti ada pembahasan untuk 2021. Formula pemihakan seperti apa akan kami kaji dulu. Harapan saya itu setidaknya satu petani diberikan bantuan satu cangkul lokal dulu,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya