SOLOPOS.COM - Ilustrasi (medicinestuffs.blogspot.com)

Perahu pompong yang tenggelam di Pangkalpinang dinilai tak layak dan bisa menyebabkan korban terus berjatuhan.

Solopos.com, TANJUNGPINANG — Pengemudi perahu pompong yang tenggelam di sekitar perairan Pulau Penyengat, Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau, tidak menyediakan pelampung. Satu-satunya transportasi penyeberangan di kawasan itu pun dinilai tak layak bagi keselamatan penumpang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini menjadi pelajaran berharga. Keselamatan penumpang pompong harus menjadi perhatian,” kata Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kepri Reni Yusneli saat melayat korban yang meninggal dunia di RSUD Tanjungpinang, Minggu (21/8/2016).

Dia mengatakan sebenarnya setiap sosialisasi keselamatan penumpang kapal dan pompong, pemerintah selalu mengingatkan wajib menyiapkan alat keselamatan penumpang. Salah satunya pelampung. Tetapi sayangnya, pemilik pompong kurang memperhatikan hal tersebut.

“Meskipun jarak Penyengat dan Tanjungpinang itu dekat, tetap saja jika terjadi gelombang angin atau badai selalu mengakibatkan tenggelamnya pompong yang memakan korban penumpangnya. Oleh karena itu musibah ini kiranya bisa dijadikan pelajaran agar tidak terulang lagi,” katanya.

Sekitar pukul 09.00 WIB, kata Said, pengemudi perahu pompong membawa sebanyak 16 orang dari pelabuhan menuju Pulau Penyengat. Perahu kayu berukuran kecil itu biasanya hanya mengangkut sebanyak 15 penumpang.

Sekitar tujuh menit perjalanan, mesin pompong mendadak mati dan kemudian hidup lagi yang diikuti tenggelamnya perahu perlahan-lahan. Dua orang berhasil diselamatkan, masing-masing seorang penumpang dan pengemudi pompong mendapat pelampung dari petugas MV Baruna. Sedangkan 10 penumpang lainnya meninggal dunia dan 5 orang masih dalam pencarian.

“Dengan musibah ini diharapkan pemerintah dan instansi pelayaran atau stakeholder harus benar-benar memikirkan pelayanan dan keselamatan masyarakat pemakai jasa pompong. Harus ada regulasi yang mengatur keselamatan masyarakat yang bergerak dari pulau ke pulau khususnya Tanjungpinang-Pulau Penyengat,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan perahu kayu penyeberangan orang atau pompong yang tenggelam di perairan Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, tidak memiliki standar keselamatan dalam beroperasi.

“Saya pernah ke Pulau Penyengat dan naik perahu pompong. Menurut pengamatan saya tidak ada standar keselamatan sama sekali selain perasaan dari pengemudinya,” kata Tulus melalui pesan singkat di Jakarta, Minggu, seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Tulus mengatakan, selain beroperasi hanya berdasarkan perasaan pengemudi, di perahu itu juga tidak ada ketentuan batas maksimal muatan dan penumpang serta tidak ada pelampung. “Saya pernah bertanya pada pengemudi apakah pernah ada kejadian pompong yang tenggelam, mereka menjawab tidak ada,” tuturnya.

Tulus menduga tidak ada pengawasan dari Dinas Perhubungan Kota Tanjung Pinang atau Kepulauan Riau. Karena itu, dia mendesak Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk turun tangan dan membuat standar keselamatan dan operasional untuk perahu pompong.

“Jangan menunggu korban berjatuhan lebih banyak lagi. Jangan hanya bisa memungut PAD dari wisatawan dan warga tapi abai terhadap hak-hak mereka,” katanya.

Tulus mengatakan lalu lintas perahu pompong di perairan itu cukup ramai karena perahu tradisional itu penghubung satu-satunya Pulau Bintan dengan Pulau Penyengat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya