SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19. (Reuters)

Solopos.com, MAKASSAR -- Dua bulan terakhir kasus kematian dokter akibat virus Corona atau Covid-19 di Indonesia meningkat, bahkan rata-rata satu dokter meninggal per hari.

"Dalam dua bulan terakhir rata-rata setiap harinya ada satu dokter yang meninggal akibat Covid-19," kata juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Halik Malik di Makassar, Kamis (3/9/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Halik, angka kematian ini belum termasuk para tenaga kesehatan lainnya, seperti perawat.

Meski begitu, Halik Malik belum mendapatkan data lengkap soal tenaga kesehatan yang meninggal akibat Covid-19.

"Di samping kewaspadaan dan perilaku safety di kalangan tenaga medis, diperlukan jaminan keselamatan dan sistem perlindungan yang lebih baik," ujar dia.

Penangguhan Penahanan Jerinx SID Ditolak Kejaksaan, Ini Sebabnya

Halik menegaskan IDI telah mengeluarkan imbauan kepada para tenaga kesehatan untuk mencegah ada lagi korban.

Imbauan itu berupa kebutuhan alat pelindung diri (APD) bagi dokter dan tenaga kesehatan dalam bertugas tetap terjaga ketersediaannya.

"Kedua, fasilitas kesehatan perlu melakukan pengaturan jadwal bagi petugas kesehatan agar tidak kelelahan sehingga berisiko tertular," sebut dia dilansir Detik.com.

Denda Tak Pakai Masker di Sragen Rp50.000 Diteken, Sosialisasi 2 Pekan Lalu Diterapkan

Fasilitas kesehatan juga perlu memberlakukan kebijakan khusus terhadap petugas kesehatan yang memiliki komorbid dan risiko tinggi untuk sementara tidak praktik atau sangat dibatasi jadwalnya.

"Terakhir, fasilitas kesehatan didorong melakukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) rutin kepada petugas kesehatan agar terpantau ketat status kesehatannya dan tidak terjadi penularan masif COVID-19 di fasilitas kesehatan," terangnya.

Sementara itu, meski sudah berlangsung enam bulan, gelombang pertama virus Corona di Indonesia belum juga usai. Ada tiga kesalahan yang disoroti ahli epidemiologi mengapa wabah Covid-19 belum juga usai.

Pengkategorian Wilayah Zona Hijau

Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, menjelaskan salah satunya terkait masalah zonasi.

Seperti halnya pengkategorian wilayah zona hijau, tidak benar-benar menandakan tingkat infeksi wilayah tersebut rendah.

"Karena mobilitas penduduk itu tidak bisa kita batasi. Misalnya 5 wilayah kuning hijau, dalam waktu berapa hari berubah karena ada laporan kasus," paparnya dalam sebuah diskusi online, Kamis.

"Zona hijau tidak merefleksikan yang sesungguhnya. Jadi saat mereka merasa aman, terjadilah klaster baru di sekolah, pabrik, kantor, karena membuat orang menjadi tidak waspada," tambah dia.

Tak Pakai Masker, Sri Mulyani Dihukum Menyapu Jalan di Klaten

Pandu menyoroti beberapa alasan lain yang membuat wabah Covid-19 di Indonesia belum juga berakhir.

"Tidak memperkuat surveilans. Melupakan peran layanan primer dan masyarakat harus diajak sejak awal dan kemudian kita karena tadi disuruh patuh secara massal untuk melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan) tanpa menyadari kewaspadaan itu membuat masyarakat lalai," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya