SOLOPOS.COM - Kepala Gudang Bulog Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo, Joko Suwondo (kanan) memeriksa kondisi stok beras, Rabu (16/3/2016) siang. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Penyerapan gabah di Soloraya oleh Bulog dinilai masih jauh dari target.

Solopos.com, KARANGANYAR-Serapan gabah petani pada masa panen raya 2016 di Soloraya baru sekitar lima persen. Bulog menargetkan serapan gabah hingga 100.000 ton sepanjang 2016. Penjelasan itu disampaikan Kasi Pelayanan Publik (PP) Sub-Dolog (Bulog) Wilayah 3 Surakarta, Yoyo, kepada solopos.com, melalui telepon seluler Kepala Gudang Bulog Triyagan, Joko Suwondo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Posisi saat ini gabah hasil panenan petani yang masuk ke gudang kami belum signifikan. Paling sekitar lima persen. Tahun ini kami menargetkan serapan hingga 100.000 ton setara beras, untuk Soloraya. Setara beras maksudnya gabah dan beras,” kata dia, Rabu (16/3/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Yoyo optimistis target tersebut bisa tercapai tahun ini. Sebab, menurut dia, selama ini serapan gabah di Soloraya, di angka itu. Tapi dia menyatakan Bulog akan berusaha semaksimal mungkin menyerap gabah petani. Sebab penyerapan gabah petani tidak dibatasi.

Yoyo mengakui tidak semua gabah hasil panen petani bisa diserap Bulog. Gabah petani harus memenuhi standar kualitas yang diatur berdasar ketentuan tertulis. “Kami berpedoman kepada atura main. Gabah petani harus memenuhi standar kualitas,” tambah dia.

Yoyo menjelaskan kandungan air gabah kering panen (GKP) tidak boleh lebih dari 25 persen, untuk memenuhi standar kualitas. Selain itu, bobot hampa kotor gabah tak boleh lebih 10 persen. “Kalau ingin gabah kami serap ya harus memenuhi standar itu,” ujar dia.

Kepala Gudang Bulog Triyagan, Joko Suwondo, mengatakan pihaknya sebatas bertanggung jawab terhadap pengelolaan gudang. Ihwal penyerapan gabah petani, menurut dia, bukan kewenangan dirinya. “Kami sebatas gudang penyimpanan,” tutur dia.

Wondo, panggilan akrabnya, menerangkan kapasitas Gudang Bulog Triyagan sekitar 5.500 ton. Yang tersimpan di gudang saat ini hanya 98 ton beras. “Kewenangan kami hanya menerima, menyimpan, merawat, dan menyalurkan beras,” imbuh dia.

Wondo mengungkapkan gabah petani yang diserap Bulog harus diolah terlebih dulu menjadi beras, sebelum masuk gudang. Pengolahan gabah menjadi beras dilakukan Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) yang berada di kompleks yang sama.

Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Karanganyar, Supram Naryo, saat berbincang dengan Espos, pekan lalu, menganjurkan petani tak langsung menjual hasil panen. Gabah mesti disimpan di lumbung padi.

“Jangan jual gabah bila harga turun seperti sekarang. Simpan dulu hasil panenan di lumbung, hingga harga naik,” ujar dia. Supram menjelaskan turunnya harga gabah tak lepas dari permainan tengkulak. Petani harus berani menunda jual hasil panen.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya