SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima'in (tengah) meninjau lokasi penyerangan pos di Bundaran Gladak, Minggu (19/8/2012) dini hari. Insiden tersebut adalah yang kedua kalinya dalam sepekan ini setelah penembakan yang terjadi di pos polisi Gemblegan. (Daniel Ari Purnomo)

Rentetan peristiwa teror dengan cara penyerangan Pos Pengamanan (Pospam) polisi di Kota Solo selama dua hari menyisakan kepedihan bagi warga Solo dan sekitarnya. Bagaimana tidak, aksi penyerangan itu justru terjadi pada moment hari nasional yakni 17 Agustus dan malam Lebaran. Masyarakat turut bertanya, apakah keamanan Kota Solo perlu ditingkatkan? Atau aparat kepolisian kecolongan dalam peristiwa ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya turut prihatin dengan aksi penyerangan Pospam kemarin. Kok ya momentnya mendekati Lebaran,” terang Rudi, 27, Ampel, Boyolali, saat ditemui Solopos.com di Solo, Senin (20/8/2012).

Penyerangan Pospam polisi, sambung Rudi, dapat menimbulkan kecemasan bagi warga sipil. Sebab, selama ini warga menganggap aparat kepolisian dapat menangani permasalahan tindak kriminal atau kejadian apapun. “Lha yang diserang malah Pospam polisi. Terus terang warga takut apabila yang diserang pusat-pusat perbelanjaan atau pusat keramaian,” tambah Rudi.

Pengamat hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho, menerangkan peristiwa penyerangan dua Pospam di Solo tidak ada kaitannya kegiatan keagamaan. “Kejadian ini bisa menjadi peringatan bagi polisi untuk menjaga keamanan di Kota Solo,” terang Jamal.

Dengan peristiwa yang hampir berturut-turut itu, Jamal menuding intelegen aparat kepolisian sangat lemah dalam mengamankan moment penting menjelang Lebaran. Paling tidak, kata Jamal, aparat kepolisian dapat mengantisipasi dengan menambah petugas keamanan. “Kejadian ini menandakan sistem keamanan intelejen kepolisian kecolongan. Paling tidak, petugas dapat segera menangkap para pelakunya,” kata Jamal.

Lebih lanjut, Jamal menduga dua kejadian yang menarik perhatian warga Solo ini bisa terkait dengan moment pemilihan calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) DKI Jakarta, 20 September. Dinamika pemilihan gubernur Jakarta, kata Jamal, akan berpengaruh terhadap penyerangan Pospam di Kota Solo.

“Tapi saya tidak mau menduga dari kelompok mana orang yang melakukan penyerangan. Biar aparat kepolisian saja yang bergerak mengungkap pelakunya. Jangan lamban dalam bertugas. Yang perlu diingat, Solo merupakan salah satu kota barometer di Indonesia. Apabila Solo aman, daerah lain turut aman dan sebaliknya,” terang Jamal.

Jamal mengharapkan polisi sesegera mungkin mengungkap motif kejadian, siapa pelaku dan mengapa kejadian itu hampir berturut-turut di Pospam.
Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima’in, menegaskan petugas masih memburu keberadaan para pelaku yang menyerang Pospam. Selain itu, Asjima’in belum bisa menyimpulkan apakah penyerangan dan teror di Pospam dilakukan oleh kelompok yang sama.

“Kita masih terus selidiki kasus ini. Pelaku masih kita kejar. Sejumlah saksi dari anggota telah kami mintai keterangan. Untuk pengamanan, kami pertebal keamanan dengan menambah personel dari TNI,” terang Asjima’in kepada wartawan, Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya