SOLOPOS.COM - Ilustrasi kasus HIV/AIDS (Dok/JIBI/Solopos)

(Dok/JIBI/Solopos)

(Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Pendataan orang dengan HIV/Aids (ODHA) di Kabupaten Sragen bakal dikembangkan dengan fokus sasaran para pria. Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah penderita HIV/Aids di Sragen yang kian meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengelola Program di Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Sragen, Wahyudi, akhir pekan kemarin mengatakan jumlah ODHA di Kabupaten Sragen mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hingga saat ini jumlahnya mencapai 126 penderita. Sementara itu, ia meyakini bahwa jumlah penderita HIV/Aids lebih dari itu.

Para penderita rata-rata malu mengakui atau malah banyak yang tak sadar bahwa mereka terinfeksi HIV/Aids. Pasalnya, serangan HIV tak gampang diidentifikasi dengan kasat mata. Virus itu baru kelihatan jika sudah menyerang penderitanya hingga lima tahun. Sementara itu, jika dalam kurun waktu lima tahun HIV tak diobati, status virus tersebut bakal meningkat menjadi Aids. Penderita Aids bakal mudah diserang penyakit karena kekebalan tubuhnya berkurang.

Wahyudi menguraikan selama ini virus tersebut identik dengan perempuan tuna susila. Padahal banyak ibu rumah tangga yang menjadi korban HIV/Aids yang dibawa oleh suami mereka. Bahkan, kata dia, berdasarlan data terbaru, rata-rata penderita Aids di Jawa Tengah ialah ibu rumah tangga. Penyakit tersebut biasanya dibawa oleh suami mereka.

Sementara itu, jarang lelaki yang mau melakukan pengecekan virus HIV/Aids. Padahal mobilitas mereka justru lebih tinggi dibandingkan para perempuan tuna susila yang rata-rata secara otomatis sudah berkelompok di suatu kawasan.  “Kalau di daerah yang resiko tinggi kan semua orang sudah tahu bahwa disitu kemungkinan besar ada virus tersebut. Yang berbahaya justru orang-orang yang tak sadar bahwa dirinya terserang virus HIV ini,” katanya

Peluang Besar

Lebih lanjut, Wahyudi mengimbau kepada semua masyarakat untuk memeriksakan diri mereka sejak dini agar penyebaran virus tersebut juga bisa dicegah sejak dini.

“Kalau sudah dilakukan pengecekan, minimal bisa memperlambat kenaikan status dari HIV menjadi Aids dengan pola hidup yang lebih sehat. Kalau belum dilakukan pengecekan jangan yakin dulu bahwa tak berpenyakit HIV/Aids. Semuanya memiliki peluang besar terserang penyakit ini,” kata dia.

Sementara itu, Wahyudi, juga berharap agar siapapun tak melakukan diskriminasi kepada para penderita HIV/Aids. Pasalnya, virus tersebut tidak mudah menular, kecuali melalui hubungan badan. Untuk itulah selain fokus melakukan pendataan dan sosialisasi, KPA juga membentuk komunitas Warga Peduli Aids (WPA). WPA merupakan gerakan sosial untuk menanggulangi HIV/Aids.  Melalui WPA, masyarakat diharapkan mulai mengurangi stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA.

Selain WPA, ada juga kelompok dukungan sebaya (KDS) bagi ODHA. Keberadaan KDS ini sangat diperlukan untuk menumbuhkan semangat para ODHA agar tak menutup diri. “Salah satu tujuan kami ialah untuk memperjuangkan hak-hak teman-teman [para ODHA],” ucap salah satu KDS Sragen, Ririn.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya