SOLOPOS.COM - Tawuran di Jalan Kusumanegara, Kota Jogja, Minggu (4/6/2023) malam. - Istimewa

Solopos.com, JOGJA — Aksi tawuran antara Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dengan kelompok suporter bola Brajamusti pecah di Kota Jogja, Minggu (4/6/2023) sore hingga malam. Sejumlah orang terluka dalam insiden tersebut. Insiden tawuran di Taman Siswa Jogja ini terjadi karena buntut kasus penganiayaan di Parangtritis.

Saat ini kedua belah pihak yang berseteru tersebut telah bertemu dan menyatakan telah damai. Namun, aksi tawuran ini menambah daftar panjang insiden tawuran yang kerap terjadi di wilayah Jogja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penyebab tawuran di Taman Siswa Jogja ini merupakan buntut dari aksi kesalahpahaman atas insiden pengeroyokan yang terjadi di Parangtritis, Kabupaten Bantul, pada Minggu (28/5/2023) dini hari. Pengeroyokan itu dipicu karena para terduga pelaku tidak terima setelah diingatkan korban dan warga sekitar karena merasa terganggu dengan suara musik bervolume tinggi.

Atas kejadian pengeroyokan itu, sebenarnya polisi telah menangkap tiga pelaku, yaitu DP, 27, warga Gedongtengen, Jogja; BA, 31, warga Kraton, Jogja; dan HA, 27, warga Jawa Barat yang tinggal di Gamping, Sleman, pada Rabu (31/5/2023).

Ketua PSHT Jogja, Sutopan Basuki, mengatakan insiden tawuran tersebut di luar kendali dan tidak diprediksi sebelumnya.

“Kami mohon maaf pada segenap masyarakat Jogja atas insiden tersebut, ini terjadi karena kesalahpahaman dan di luar kendali kami,” katanya, Senin (5/6/2023).

Sutopan menyebut iring-iringan PSHT yang melintasi Jogja berasal dari luar DIY. Rombongan para pesilat itu tidak berkoordinasi dengan pihaknya di Jogja. Sebelumnya, ia telah melarang para pesilat datang ke Jogja.

Pengeroyokan pada anggota PSHT, kata Sutopan, di Parangtritis sebenarnya memang sudah ditangani Polres Bantul dengan baik.

“Di Parangtritis masalah sudah rampung, pelaku sudah berhasil ditangkap juga. Insiden semalam ini harusnya tidak terjadi, ini kesalahpahaman dan kami berjanji tak akan terulang insiden seperti itu,” tegasnya.

Akibat dari insiden tersebut, lanjut Sutopo, sebanyak tujuh orang dari PSHT mengalami luka-luka.

“Ada 353 orang PSHT dari berbagai wilayah juga sudah dievakuasi ke Polda DIY agar aman, tinggal menunggu dipulangkan,” jelasnya.

Sutopan juga mengaku sudah berdamai dengan kelompok Brajamusti atas insiden tersebut.

“Kami sudah berkomitmen berdamai dan tidak memproses hukum masalah ini lebih jauh, sebetulnya kami PSHT juga ada yang Brajamusti begitu juga sebaliknya ada Brajamusti yang juga warga PSHT,” ucapnya.

PSHT Jogja, jelas Sutopan, mengimbau warga PSHT luar DIY untuk tidak terpancing oleh provokasi.

“Masalah sudah terselesaikan dengan baik, kami himbau untuk tidak ke Jogja dan tidak terpancing provokasi di media sosial,” katanya.

Sebelumnya, Biro Hukum Brajamusti, Baskara, juga meminta maaf atas kejadian tersebut.

“Kami mau mengucapkan mohon maaf yang sebesar-sebesarnya khususnya kepada rakyat Jogja, kepada PSHT seluruhnya,” kata dia.

Senada dengan Tri Jaka, ia juga memastikan Brajamusti dengan PSHT sudah sepakat damai dan mengimbau seluruh elemen Brajamusti untuk menahan diri.

“Kami mengimbau kepada rekan-rekan Brajamusti untuk cooling down, tetap kita tenang tetap kita seduluran bersama PSHT,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya